Mohon tunggu...
Liu Hendra Subrata
Liu Hendra Subrata Mohon Tunggu... -

http://www.apartemen-murah.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Orang Kuat di Pelabuhan Sunda Kelapa

25 November 2011   15:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:12 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

By Hendra Subrata

Setiap turis Belanda yang ke Jakarta, pasti ingin berkunjung ke pelabuhan Sunda Kelapa yang merupakan asal muasal kota Jakarta saat ini.

Pada saat penjajahan Belanda, Sunda Kelapa menjadi pusat perniagaan dan juga menjadi titik nol ( zero point ) untuk mengukur jarak.Sampai saat inipun, Sunda Kelapa tetap menjadi pelabuhan untuk perniagaan antar pulau.

Hal yang sampai saat ini masih dipertahankan adalah, perahu khas phinisi.Nenek moyang kita memang terkenal dengan keahliannya berlayar dan membuat perahu dari kayu.

Yang tidak kalah menariknya daripada perahu phinisi adalah: buruh pelabuhan yang mengangkut kayu dan membawanya ke atas perahu dengan meniti sebuah balok yang dibentangkan.Kadang kadang, jaraknya cukup jauh dan posisi titiannya cukup terjal dan tinggi.

Turis Belanda tertarik untuk melihat keadaan di dalam perahu phinisi.Kamipun mencoba meniti balok tersebut satu per satu.Balok tersebut bergerak mengikuti gerakan air laut.Harus berkonsentrasi dan menjaga keseimbangan badan.Beberapa turispria berhasil menyeberang, termasuk saya sebagai pemandu wisata.

Kemudian mereka memperhatikan buruh buruh yang mengangkut kayu.Kelihatannya begitu mudah, walaupun mereka berpostur tubuh kecil, pendek dan kurus.Salah seorang turis berbadan tinggi besar mencoba untuk mengangkat kayu tersebut, tetapi dia malah mengeluh kesakitan apalagi membawanya sambil meniti balok ke perahu phinisi.Saya berpikir, dasar orang Belanda, badannyadoang yang besar tetapi tidak bertenaga.Sayapun mencobanya.Saya suruh buruh tersebut meletakan kayu tersebut ke bahuku yang sebelumnya sudah ditatakin bantalan plastic tebal. Sayapun mengaduh kesakitan. Memang kelihatan mudah.Saya berjanji tidak ingin mencobanya lagi…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun