Dulu, saya tinggal di satu perumahan di daerah Kebun Jeruk, Meruya.Daerah itu masih sepi dan kata orang tempat jin buang anak.Penghuni perumahan tersebutadalah kebanyakan pasangan muda.Udaranya masih sejuk segar nyaman dengan penghuni yang hidup rukun dan damai.
Namun kedamaian di sana terkoyak dengan hadirnya satu kelompok preman beranggota sekitar 10 orang.Kelompok preman tersebut rupanya ada bajing loncat di daerah Cakung – Cilincing yang lagi mengungsi karena ada operasi dari petugas.Kepala premannya mengatakan bahwa perumahan kami adalah daerah kekuasaannya.Setiap rumah harus menyetor uang kepadanya jika mau hidup aman dan selamat.Dia adalah seorang pemuda yang berambut gondrong, berbadan tinggi dan kekar dengan raut muka yang sanger dan suara besar membentak.
Lalu di manakah para hansip ?Setiap bulan warga membayar iuran.Namun mereka tidak melakukan tugasnya menjaga keamanan perumahan.Jumlah mereka cukup banyak.Ternyata mereka sudah dilumpuhkan.Mereka tidak punya cukup keberanian untuk melawan para perman tersebut dan bersikap menghindar.Petugas rw kami pernah coba menangani mereka, tapi malah diancam.
Aksinya para pereman pertama, mereka memeras di sebuah warung dalam perumahan.Warga di situ berkelahi dengan mereka.Seorang tentara yang tinggal di situdan melihat perkelahian tersebutturut serta.Kepala kepalapreman tersebutdipukul dengan gagang pistol sampai kepala di atas telinga sebelah kanan luka berdarah.
Tidak berhasil menguasai blok yang satu, mereka mengungsi ke blok lain.Di blok baru, mereka menteror dengan menggoda dan bersikap tidak sopan terhadap para wanita yang pulang kerja.Saat itu,para orang tua terpaksa menunggu dan mengawal anak anak gadisnya atau istrinya yangpulang kerja di depan pintu masuk perumahan. Salah satu warga merasa sangat terganggu dan minta bantuan tentara menghadapi preman preman tersebut.Ketika kepala preman tersebut dipukul habis habisan sampai menangis meraung raung seperti anak kecil, anak buahnya malah lari kocar kacir.Setelah dipukulin,kepala preman tersebut diangkut ke mobil patrol polisi yang datang menjemputnya.
Keesokan harinya, dia sudah beredar lagi.Kali ini dia dan gengnya menyebarang ke seberang perumahan di sebuah pertokoan yang malam hari banyak orang berjualan.Di situ, mereka menggertak seorangtukang sate Madura.Mereka mengharuskan tukang sate tersebut membayar uang preman.Tukang sate tersebut adalah seorang bapa yang baik dan ramah, sudah separuh baya.Dia berperawakan pendek, kecil, kurus lagi.Bapa tersebutmengeluarkan parang dan menantang mereka bertarung.Preman-preman tersebutrupanya nyalinya kecil.Serentak mereka mengambil langkah seribu.Bapa tersebut mengejar mereka sampai ke seberangjalan ke dalam perumahan.Mereka berlari sambil berteriak teriak dan berpencar.Bapa tersebut mengejar kepala premannya.Dia memang kalah cepat berlari.
Keberanian tukang sate tersebut membuat para preman kapok dan membebaskan warga dari cengkraman para preman.Sejak malam itu, mereka minggat.Seperti saat mereka datang tidak diundang, demikian pula mereka pergi tanpa pamit…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H