Mohon tunggu...
Pirkan Mahdy
Pirkan Mahdy Mohon Tunggu... Lainnya - Tata Piri, Wawonii

Pejuang Adat dan Budaya Asli Wawonii

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejarah Penamaan Pulau Wawonii

2 Maret 2024   06:57 Diperbarui: 3 Maret 2024   15:15 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber; Koleksi pribadi.

Ketika melihat bentuk dari Pulau Wawonii, umumnya orang berpendapat sesuai dengan rupa pulau yang hampir mirip dengan bentuk hati (love), terutama dari kalangan milenial melabelkan Pulau Wawonii sebagai Pulau Cinta. Namun demikian hal itu tidaklah patut dipertentangkan. Yang perlu kita ingat bahwa Pulau Wawonii yang kita cintai ini tidaklah serta merta dinamakan Wawonii, tentu ada sejarahnya. Meskipun terdengar seperti dongeng, namun cerita ini bukan cerita yang dipungut dari web ataupun dari sekedar mendengar cerita orang di jaman sekarang lalu menuliskannya dalam sebuah artikel, melainkan cerita-cerita yang harus disampaikan secara turun temurun dari para Raja-Raja keturunan Raja Wawonii/Kobimoa.

Sebelum itu saya ucapkan, Bismillahirrahmanirrahim wallahi wabillahi watallahi.

Sejak dulu kala, Pulau Wawonii adalah pulau yang sangat dicintai dan selalu menjadi perebutan di masa lampau. Menurut cerita yang diamanahkan oleh para leluhur bahwa awal mulanya bentuk dari pulau wawonii adalah berbentuk buah kelapa. Sengaja dimunculkan oleh para leluhur yang bernama LAGONGGOMA dan LADUNDU SARA / LADUNDU SERA dari dasar laut yang paling dalam sehingga muncullah sebuah pulau/bukit yang disebut Buhuno/Tangkombuno. Kehidupan masyarakat Suku Tangkombuno yang dipimpin oleh kepala suku yang bernama LATUNGGA awalnya belum mengenal nama Wawonii. Nanti setelah LATUNGGA ingin menunjuk seorang Raja barulah ada nama Wawonii.

Nama Raja pertama di tanah Tangkombuno adalah "KOBIMOA" yang dinamakan oleh Latungga sendiri sebagai nama kebangsawanannya. Latungga memberi nama Kobimoa karena sebab munculnya berasal dari sebuah bejana yang ia dapat dari hasil memancing di laut (sekarang disebut muara Ladianta). Setelah anak tersebut dikeluarkan maka seketika kakinya dipijakkan di tanah, seketika itu pula muncul pohon kelapa bercabang tujuh. Karena tumbuhnya pohon kelapa tersebut dikarenakan oleh pijakkan kaki Kobimoa maka nama sehari-harinya dipanggil dengan nama Wawonii.

Perlu dipahami sebahagian kebiasaan dari orang wawonii yang masih bisa kita dengar ceritanya adalah memberikan nama kepada seorang anak berdasarkan sebab kelahiran anak, ciri ataupun kebiasaan yang biasa dilakukan anak tersebut. Contohnya anak dari Raja Palari yang bernama Wabininta dan Watinompa. Wabininta adalah anak yang ketika ibunya sedang hamil, Raja Palari meninggalkannya menuju Pulau Menui untuk menikah lagi. Watinompa adalah anak dari istri terakhir dari Raja Palari sebab setelah menikah dengan putri dari pulau menui, Raja Palari berjanji bahwa sudah inilah batas (tomparano) dia menikah dan tidak akan menikah lagi.

Baiklah, kita kembali pada ulasan tentang pohon kelapa bercabang tujuh dan kaitannya dengan nama Pulau Wawonii..

Begitu sakralnya pohon kelapa yang muncul dengan datangnya seorang raja, sehingga Latungga sendirilah yang menyebut pulau ini sebagai Pulo Wawonii. Latungga juga menyebutkan Wawonii bermakna Wawono Nii maksudnya adalah wawono daho pu nii kosampa opitu yang artinya di atas gunung ada pohon kelapa bercabang 7 (tujuh). Sehingga pusat pemukiman terdahulu diberi nama Laa Wawonii yang bermakna pohonnya/tiangnya Pulau Wawonii. Dikisahkan bahwa sejak Abad ke-8 Masehi, orang-orang telah mengenal pulau kita dengan nama Pulono/Pulo/Pulau Wawonii. Begitulah alasan sehingga tidak lagi menyebut diri sebagai orang-orang Tangkombuno tetapi ketika orang luar datang ke pulau ini orang-orang akan menyebut dirinya sebagai orang wawonii (to Wawonii / miano Wawonii) dan sekarang lebih dikenal sebagai Suku Wawonii.

Wassalam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun