Mohon tunggu...
Esfaranza Ratu
Esfaranza Ratu Mohon Tunggu... Konsultan - Mahasiswa Sosiologi

Seorang mahasiswa Sosiologi yang gemar menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perilaku Konsumtif di Kalangan Fans K-Pop dan Thailand

3 Januari 2024   21:45 Diperbarui: 3 Januari 2024   21:57 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perilaku konsumtif merupakan suatu hal yang menarik untuk kita kaji lebih jauh. Menurut Suyasa dan Fransisca (dalam Eni lestarina,dkk 2005:172) perilaku konsumtif merupakan tindakan membeli barang yang dimana bukan untuk mencukupi kebutuhan tetapi untuk memenuhi keinginan, yang dilakukan secara berlebihan sehingga mengakibatkan pemborosan biaya. 

Sedangkan menurut lubis (dalam Lina dan Rosyid 1997) menjelaskan bahwa perilaku konsumtif adalah perilaku membeli yang tidak lagi didasarkan dengan pertimbangan secara rasional tetapi karena adanya keinginan yang sudah tidak rasional lagi. 

Berdasarkan kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa banyak sekali ragam dari perilaku konsumtif yang dilakukan oleh masyarakat, salah satunya adalah perilaku konsumtif di kalangan fans K-Pop, dan Thailand. 

Mengapa hanya di ambil dua macam jenis fans saja? Karena dari yang penulis amati kedua fans ini memiliki persamaan, diantara usia kalangan fans nya yang berusia sekitar 13-30 tahun. Kemudian juga jenis barang atau merchandise yang dibeli antara K-Pop fans dan juga Thai fans sama, seperti album, photocard, plush doll, dan merchandise lainnya.

Perilaku ini hadir karena adanya gaya hidup yang terkontruksi oleh para fans K-Pop maupun Thailand. Yang mana didalamnya terdapat stigma bahwa membeli merchandise sama dengan investasi. 

Banyak sekali perdebatan di kalangan fans terkait stigma ini, ada beberapa yang setuju ada juga yang tidak setuju. Dari stigma ini bisa dikatakan para fans K-Pop maupun Thailand mengekspresikan diri mereka dengan membeli merchandise idola yang mereka sukai, karena bagi para fans ini merupakan bentuk cinta dan juga dukungan kepada idola yang mereka sukai. 

Namun, perlahan-lahan budaya ini menjadi sangat buruk karena banyak dari mereka yang impulsif buying sehingga seolah-olah menjadi seorang fans itu harus membeli semua merchandise, tiket konser, fan meeting dan lain sebagainya. Padahal ada banyak cara untuk mengekspresikan rasa suka kita kepada idola tanpa harus melakukan pemborosan.

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan penulis, diketahui bahwa sebagian besar dari mereka membeli merchandise hanya untuk memenuhi keinginan pribadi tanpa adanya kegunaan dari barang yang dibeli. Kebanyakan para fans rela membeli photocard idola mereka walaupun harga tersebut tidaklah murah. Karena bagi mereka ini sama saja dengan bentuk cinta dan juga mendukung idola tersebut. 

Sebenarnya jika kita amati tidak ada yang salah jika memang kita ingin mendukung idola yang kita sukai, namun hal tersebut menjadi salah karena banyak sekali remaja yang menghalalkan segala cara untuk bisa membeli merchandise idola mereka tanpa memikirkan apakah mereka sebenarnya sudah mampu secara materi atau belum. 

Kemudian, budaya konsumtif di kalangan fans ini sudah seperti hal yang dinormalisasikan, bahkan terkesan aneh jika ada seorang fans yang tidak membeli satupun merchandise milik idolanya. Perilaku konsumtif ini juga pastinya dipengaruhi oleh faktor globalisasi, seperti media sosial. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun