Mohon tunggu...
Ari Pirani
Ari Pirani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UIN Semarang

try to do my best

Selanjutnya

Tutup

Trip

Bromo, Pesona yang Cantik Meskipun Dingin

1 Oktober 2022   23:32 Diperbarui: 2 Oktober 2022   00:22 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu luang, cukup uang, dan kesehatan adalah 3 hal yang sangat saya impikan di hari-hari sibuk. Ketiganya adalah modal yang saya punya untuk pergi jalan-jalan melepas semua kepenatan. Beruntungnya lagi saya mendapat kesempatan langka untuk mengunjungi  destinasi indah yang dimimpikan banyak orang. Bromo, tempat wisata yang menyajikan pemandangan yang luar biasa indah sebagaimana yang sering saya dengar melalui cerita teman-teman.

 Jum'at 25 januari Pukul 22.00 WIB saya dan teman-teman berangkat dari Pare-Kediri menggunakan travel. Meksipun ada sedikit kendala sebelum kami berangkat tapi hal itu bisa diatasi. Karena awalnya travel yang kami pesan berkapasitas 15 orang, sedangkan rombongan kami hanya 12 orang. Alhasil kami harus menunggu konfirmasi dari sang agen travel mengenai mobil mana yang harus kami pakai. Setelah bernegoisasi agak lama, akhirnya kami yang berjumlah 12 orang dibebaskan memakai mobi berkapasitas 15 orang.

Pukul 02.00 WIB, waktu dini hari. Kami sampai di tempat parkir wisata Bromo. Saya pikir bromo tidak terlalu dingin. Ternyata prasangka itu salah. Saya yang berpikir sarung tangan tidak terlalu penting untuk dibawa, ternyata  salah. Justru saya membutuhkan 2 sarung tangan super tebal di bawah derajat 18 celcius. Beruntungnya saya mau menuruti nasihat teman untuk membawa sarung tangan. Tidak hanya itu, penutup kepala (kupluk) pun dibutuhkan bukan untuk bergaya, tetapi agar telinga tidak membeku karena kedinginan. Untuk menuju kawasan Bromo kita perlu menggunakan Jeep. Di parkiran inilah kami menunggu Jeep datang. Setelah mendapat Jeep, kami naik ke puncak yang ternyata lebih dingin tiga kali lipat daripada di tempat parkir tadi.

Sesampainya di puncak, kami harus naik ke batas bukit untuk mendapatkan sunrise yang  indah. Bukit "Love Hill" tepatnya. Ini memang bukan puncak bromo tapi dari tempat ini kita dapat menyaksikan pemandangan yang tidak kalah indah. Beruntung ada tangga yang mempermudah naik ke atas bukit, tapi tetap saja melelahkan bagiku (orang yang pertama kali naik gunung). Saya sudah hampir menyerah melawan dingin yang semakin mencekam. Untuk itu saya terus menggerakkan seluruh tubuh agar tidak membeku seperti patung (hypothermia). 

Meskipun muka saya sudah sangat pucat karena kedinginan, tangan mati rasa, dan tubuh tak hentinya menggigil. Berkali-kali saya mengeluh untuk turun tetapi teman-teman menguatkan diri ini untuk tetap bertahan demi menyaksikan keindahan sunrise.  Ketika sunrise tiba, semua orang menghadap ke timur menyaksikan keindahannya, berebut mengabadikan momen itu, tak terkecuali saya sendiri. Sunrise ini persis seperti yang saya lihat di foto-foto instagram kebanyakan orang. Luarbiasa indah. Dingin yang menyerang tubuh terkalahkan oleh keindahannya. Sungguh perjuangan naik keatas bukit tidak sia-sia.

Pukul 08.23 WIB kami sampai di tujuan selanjutnya. Padang pasir,yang letaknya sangat dekat dengan gunung bromo. Harusnya kami bisa sampai lebih awal tetapi karena terjadi macet  di jalur menuju tempat ini , jadi perjalanan kami tertunda sekitar satu jam lamanya. Padang pasir ini tidak sama dengan padang pasir yang ada di negara-negara Arab karena pasir disini berwarna  hitam.

Meskipun matahari sudah muncul tetapi udara diasana masih terasa dingin selain itu anginnya juga besar,  jadi aku tetap berjaga-jaga memakai masker wajah karena banyak pasir yang berterbangan tertiup angin.

Kawah gunung bromo adalah lokasi ke 3 yang kami kunjungi. Untuk mencapai puncaknya tidak terlalu sulit karena medan tanjakanya tidak semengerikan gunung yang lain selain itu tersedia tangga. Meskipun begitu aku tetap saja merasa ngos-ngosan. Setelah beberapa menit mendaki, akhirnya kami bisa berdiri di puncak bromo. Sayang seribu sayang kami tidak bisa menyaksikan keindahan kawah karena kawah terus menerus menyemburkan asap yang mengandung belerang agaknya kami kesiangan untuk naik ke puncak. Akan tetapi kami merasa puas setidaknya rasa penasaran kami telah mendapat jawaban.

Di dekat bromo ada gunung yang tak kalah indah. Gunung Batok namanya. Tetapi kami tidak mendakinya. Bagi saya mendaki gunung Bromo saja melelahkan, apalagi yang satu ini. Kami hanya mengambil beberapa gambarnya saja. Seringkali banyak orang mengira inilah gunung bromo, padahal bukan. Gunung ini tidak lagi aktif dan mengeluarkan asap belerang sebagaimana gunung Bromo.

Sebenarnya ada satu lokasi lagi yang harus kami kunjungi. Bukit Teletubis dan padang savananya apalah daya waktunya tidak memungkinkan. Meskipun demikian, travelling ini sangat menyenangkan bagi saya. Keindahan Bromo membuat siapapun tak ingin berhenti mengabadikan momen, membuat siapapun tak ingin lekas pergi meninggalkannya dan selalu ingin kembali menemuinya.

This is my new journey in the beginning of this year. Travelling always becomes interesting thing because new things are found during travelling. I hope Ar-Rahim will always give me chances to do other impressive trips.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun