Dinamika umat islam yang terjadi di Indonesia hingga saat ini sangat dinamis dan variatif. Saat ini gerakan islam berbentuk organisasi sosial, contohnya lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan organisasi masyarakat (Ormas) yang menggunakan simbol keislaman dan bergerak pada dataran sosial ekonomi.Â
Dalam organisasi yang berasaskan islam, memiliki kesamaan tujuan yaitu terlaksananya syari'at islam di Indonesia. Meskipun beberapa di antaranya ada perbedaan dalam memberikan penafsiran terhadap syari'at dan seberapa besar pelaksanaan dilakukan. Makin banyak munculnya ormas islam yang berbau politik dan radikal pada era sekarang ini, merupakan fenomena yang menarik karena hal ini bertentangan dengan konteks dan basis kultural masyarakat Indonesia. Secara komunikasi sosial dan politik, masyarakat Indonesia tidak mengenal gerakan keagamaan yang bersifat ideologis dan eksklusif. Sebaliknya, masyarakat Indonesia justru lebih suka keterbukaan, toleransi dan tidak suka konflik, termasuk dalam beragama.
Adanya polemik tentang kultur islam nusantara dalam pengertiannya adalah kultur yang memadukan kebiasaan orang jawa dahulu (hindu-budha), contohnya dalam budaya jawa terdapat adat tumpengan atau grebek suro yang biasa dilakukan Keraton Surakarta maupun Yogyakarta adapula contoh lainnya, terdapat perkataan yang sempat menjadi viral di kalangan masyarakat, yaitu perdebatan seorang Habib Rizieq dengan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi perihal kata sapaan orang Sunda asli "sampurasun" yang di salah gunakan menjadi "campuracun" karena menurut Rizieq pemimpin yang beragama islam sewajarnya adalah mengucap salam dengan "Assalamualaikum".
Oleh karena itu, agama apapun bisa masuk dan terserap dalam kehidupan masyarakat secara damai, tanpa konflik dan gejolak sosial yang ada. Dalam komunikasi, kelompok ini tergolong dalam masyarakat modern karena mereka sangat menguasai wacana modern.
Salah satu tokoh islam yaitu Ibnu Khaldun, seperti yang dikutip Munawir Sjadzali, menawarkan bahwa peraturan politik yang mengatur ke-tatanegara-an dapat dilakukan oleh cendekiawan dan orang ahli dalam negara tersebut, tetapi dapat juga berasal dari agama. Menurutnya peraturan yang berasal dari agama yaitu melalui utusan dari Tuhan, dalam agama islam, seorang Rasulullah dianggap yang terbaik karena dengan hukum yang bersumber dari ajaran agama dapat terjamin, tidak saja keamanan dan kesejahteraan di dunia saja tetapi juga di akhirat.
Dari sini agama masuk dalam politik terkadang disalahgunakan karena ketidaksesuaian dengan kultural yang dimiliki oleh negara Indonesia yang mempunyai azaz Bhineka Tunggal Ika serta Pancasila sebagai ideologinya sehingga banyak yang menolak adanya ormas-ormas radikal yang membawa unsur agama serta ideologi berbeda dengan ideologi Pancasila dan budaya masyarakat Indonesia. P
erlunya peran Pemerintah serta elite politik untuk semakin tegas dalam mengawal ideologi serta gerakan yang mulai mengancam kultur budaya asli Indonesia. Tidak lagi mengedepankan kepentingan semata, tetapi demi menjaga identitas dan budaya yang beragam dimilikinya yang menjadi ciri khas dari jati diri negara Indonesia.
Viola Fardhi Maghfira
Mahasiswa Program Magister Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Brawijaya Malang