Mohon tunggu...
Pir Owners
Pir Owners Mohon Tunggu... -

Journalist wanna be..

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Terimakasih Wasit Ahmad Suparman

28 Februari 2014   03:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:23 2043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_314289" align="alignnone" width="645" caption="Foto Ahmad Suparman. Gambar diunduh dari http://www.indosport.com/ahmad-suparman-dinonaktifkan "][/caption]

Minggu, 18 Desember 2011 di stadion Jakabaring, Palembang. Wasit Ahmad Suparman tampak percaya diri memasuki lapangan pertandingan guna memimpin laga antara  Sriwijaya FC dan Persija.

Kepercayaan diri sang pengadil asal Jatinangor ini pun mulai tampak pada menit ke-25 ketika dia menghukum penjaga gawang Persija Andritany keluar dari lapangan hijau setelah sebelumnya menghalau bola dengan tangan di luar kotak penalti.

Tidak cukup sampai di situ. Delapan menit berselang, tepatnya di menit ke-33, Ahmad Suparman kembali unjuk gigi sebagai pemimpin pertandingan yang tegas dengan memberikan dua kartu merah sekaligus kepada pemain Sriwijaya FC Keith Kayamba Gumbs dan pemain Persija Fabiano Beltrame.

Entah siapa yang memulai perkelahian lebih dulu. Namun, wasit Ahmad memandang perlu menghukum Kayamba dan Beltrame, yang terlibat baku hantam, dengan hukuman yang tertinggi karena dianggap telah menggangu pertandingan. Dan, tentu saja itu tidak sportif.

Sebuah pelajaran berharga diberikan oleh Ahmad Suparman secara cuma-cuma dalam pertandingan dramatis tersebut. Meski pada akhirnya Sriwijaya FC sebagai tim tuan rumah berhasil keluar sebagai pemenang dengan skor 2-1, namun fair play tetap dijunjung tinggi. Sebab, apalah artinya sebuah olahraga tanpa adanya sportifitas?

*****



Kamis, 20 Februari 2014 di Stadion Mandala, Jayapura. Wasit Ahmad Suparman kembali memasuki lapangan hijau dengan percaya diri ketika memimpin pertandingan Persipura Jayapura kontra Persiba Balikpapan.

Dan, memasuki menit ke-44, wasit Ahmad, yang juga berprofesi sebagai guru honorer di SDN Ciawi, Jatinangor, secara meyakinkan meniup pluit setelah melihat insiden tackle dari belakang yang dilakukan oleh pemain Persipura Bio Paulin terhadap pemain Persiba Fernando Soler. Hukuman tendangan bebas pun tampaknya akan diberikan kepada pemain Persiba.

Sayang, kepercayaan diri wasit yang pernah memimpin kejuaraan Futsal Asean Football Federation (AFF) di Vietnam itu hanya bertahan sekitar 2 menit saja. Entah karena terprovokasi oleh aksi protes para Pemain Persipura yang dilakukan secara sporadis atau karena terintimidasi oleh protes yang dilancarkan Bio Paulin, Ahmad Suparman pun pada menit ke-46 menjilat ludahnya sendiri dengan menganulir tendangan bebas bagi Persiba Balikpapan.

Saat itu, Bio Paulin tidak terima dinyatakan melakukan pelanggaran. Bahkan, pemain naturalisasi asal Kamerun ini mendorong wasit Ahmad secara keras persis seperti petugas Satpol PP yang acap tertangkap kamera televisi ketika mendorong para PKL liar di pinggir jalan.

Lagi, menit ke-70, wasit yang memiliki lisensi C1 di tahun 2004 tersebut mempertontonkan ‘ketegasannya’ dengan membiarkan (play on) pemain Persipura Andri Ibo menendang penyerang Persiba Aris Alfiansyah. Pertandingan tetap berlangsung, dan Andri Ibo pun dapat tetap bermain tanpa ada rasa bersalah hingga pertandingan usai.

Tapi, itu belum seberapa. Pasalnya, wasit Ahmad Suparman masih tetap setia dengan keyakinannya dalam memimpin pertandingan dengan HANYA memberikan kartu kuning kepada bek Persipura Dominggus Fakdawer setelah terlihat (dalam tayangan ulang siaran televisi) secara jelas dengan sengaja memukul gelandang serangPersiba Fernando Soler pada menit ke-88.

Dan, menutup percaya dirinya di pertandingan Indonesia Super League (ISL) kali ini, wasit Ahmad meniup pluit tanda pelanggaran yang dilakukan oleh pemain Persiba Arifki Eka Putra di kotak penalti pada masa injury time.

Arifki dianggap menyentuh bola di daerah pertahanannya sendiri oleh sang wasit sehingga diganjar hukuman tendangan penalti bagi tim tuan rumah. Namun, dari replay, terlihat jelas bola tidak menyentuh tangan Arifki.

Hasil pertandingan pun mudah ditebak. Persipura memenangi pertandingan dengan skor 1-0, hasil tendangan penalti Ian Kabes.

*****

Ahmad Suparman rupanya benar-benar menjiwai profesinya sebagai guru. Ia senantiasa memberikan pelajaran berharga bagi tidak hanya murid di kelasnya namun, juga masyarakat sepakbola Indonesia.

Paling tidak ada tiga pelajaran berharga yang dapat dipetik dari guru-cum-wasit sepakbola tingkat nasional itu.

Pertama, wasit juga manusia. Bahwa wasit di suatu waktu pernah bertindak tegas, bisa dengan cepat berubah menjadi sangat lembek ketika memimpin pertandingan berikutnya. Dengan kata lain, wasit sangat berpotensi untuk tidak konsisten dalam mengadili pertandingan sepakbola.

Kedua, wasit Indonesia belum profesional. Sungguh menjadi tanda tanya besar bagi insan sepakbola nasional, bagaimana mungkin ada wasit yang nyambi sebagai guru honorer sebuah sekolah dasar? Atau sebaliknya, bagaimana mungkin seorang guru honorer bisa mencari nafkah tambahan dengan menjadi wasit pertandingan sepakbola nasional sekelas ISL?

Terakhir, wasit Indonesia perlu percaya diri yang sejati dalam menjalankan profesinya.

Sebab, tanpa percaya diri yang kokoh dan tidak mudah digoyahkan-bahkan oleh provokasi pemain sekalipun-sulit sekali membayangkan sang pengadil dapat menjalankan fungsinya seperti yang dipaparkan dalam “Laws of the game”-nya FIFA (2007), yaitu the referee has full authority to enforce the Laws of the Game in connection with the match  to which he has been appointed. Tentu, muaranya adalah menjunjung tinggi sportifitas dalam sepakbola.

Berkaca dari pelajaran berharga ini, sungguh layak dan sepantasnya, saya, Anda, dan seluruh masyarakat sepakbola nasional memberikan penghargaan terhadap wasit Ahmad Suparman. Pasalnya, kalau saja dia tidak berlaku fenomenal, bisa jadi kita kekurangan bahan untuk digugu dan ditiru.

Jadi, izinkan saya dalam kesempatan ini mengucapkan: “Terimakasih, Wasit Ahmad Suparman..!”

-PO-

270214

20:58

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun