Tayangan lagu-lagu dewasa telah mendiskritkan lagu anak. Keterpurukan lagu-lagu anak dibarengi pesatnya perkembangan teknologi informasi sebagai soko guru pembangunan karakter lintas generasi.
Kondisi ini sangat memprihatinkan. Memang eranya seperti ini mau tidak mau harus mengikuti permintaan pasar musik saat ini. Tidak bisa dipungkiri, karena memang era kebebasan informasi yang diterima oleh anak anak begitu bejubel tidak memberi lagi peluang lagu anak unjuk gigi. Terlebih lagi maraknya siaran televisi yang menayangkan acara-acara dewasa sehingga anak-anak mampu berbuat demikian. Perkembangan teknologi baik langsung maupun tidak telah membuat anak-anak kecanduan lagu dewasa dari pada lagu-lagu anak, tayangan televisi yang selalu mengeksplorasi lagu tentang cinta dari pada lagu-lagu anak logikanya televisi itu tidak hanya tontonan, tapi juga tuntunan.
Diluar dugaan saya. Anak sekitar usia 5 tahun keatas sudah hafal lagu bertema cinta dewasa diluar kepala seperti lagunya band Ungu, D’masive, Kotak, Armada, Dewa 19, Noah, Ungu, Geisha, Wali, Domino, Lyla, Setia Band, Repvublik, Slank, Iwan Fals, lagu dangdut seperti oplosan, kereta malam, buka titik jos, aku ra popo hingga lagu sakitnya tuh disini-cita citata. Ketimbang harus menghafal lagu lihat kebunku, balonku, topi saya bundar, burung kakak tua, nina bobo dll. sedangkan umur mereka tidak etis untuk menyanyikan lagu tadi. Karena mereka sering menonton dan mendengar lagu lagu itu melalui radio serta televisi.
Parahnya lagu anak-anak tersebut belum ada rilis ulangnya dari pihak label record, dari kacamata saya justru kebanyakan lagu yang dirilis lagu lawas notabene juga lagu dewasa percintaan. Bahkan lagu barat genre pop, rock merajai belantika musik indonesia, hingga mematikan pangsa pasar musik anak indonesia.
Segelintir anak-anak hafidz Al-Qur’an merupakan obat rusaknya moralitas anak-anak pada zaman kesesatan ini, dari segelintir itu melahirkan generasi berikutnya yang lebih beriman, bertaqwa, berakhlak mulia sebagai penunda KIAMAT.
Hal ini harus menjadi perhatian serius pemerintah khususnya lagu-lagu anak, agar generai emas sekarang tidak menjadi generasi pemberontak dan terjerumus dalam lembah kemaksiatan. Ini lebih karena format pendidikan iman dan taqwa serta moral rendah. Membludaknya serbuan sosial media, memudahkan anak-anak mendownload lagu semaunya melalui android, smartfone menjadikan anak moderen condong individualis, egois, apatis. Apa sudah tidak mampu menyuguhkan sajian hiburan yang MUAK jadi MUENAK.
Untuk saat ini bisnis hiburan lagu anak dalam kondisi menyedihkan, ditengah-tengah hingar bingarnya hiburan dewasa dan bisnis prostitusi online terselubung. Jika disimak lirik lagu sekarang banyak yang vulgar, asal bunyi, asal laku, ngumbar goyang mengundang syahwat, tanpa memikirkan budaya orang timur dalam bisnis hiburan musikalitas, maka itulah yang akan tayang secara kontinyu, naluri anak-anak penirunya kuat, apa yang mereka tonton akan diikuti.
Bingkai sejarah kesucian anak-anak ternoda. Khzanah mereka tidak lagi menggeluti dunia anak-anak, mengapa dikatakan demikian, karena banyak anak-anak di pekerjakan melebihi jam kerja orang-orang dewasa khususya di dunia entertaiment, sama-sama kita ketahui menggiurkannya bisnis hiburan sangat menggoda sosialita kehidupan penghasilan melimpah terkumpul dalam sehari.
Lagu anak sejatinya lucu, lugu, menyuarakan ketuhanan, cinta anak, cinta sesama dan saling menghormati orang lain. Nanti harus sering disebarkan pada anak indonesia supaya otak mereka tidak tercuci oleh perbuatan anarkis yang sangat jauh dari jiwa anak. Seperti yang sekarang kita lihat maraknya artis-artis cilik di ekspose berlebihan menghiasi dunia hiburan, tuntutan ekonomi atau tuntutan profesi alasan mereka bekerja sekaligus balas budi membahagiakan orang tua.
Tempaan serta terpaan angin sangat mudah merasuki otak anak anak. Ibarat kertas putih suci akan sangat mudah ternoda akan sukar sekali untuk dibersihkan. Apa yang dilihat, didengar, dirasa, digugu lan ditiru, Dunia anak mencerminkan kegembiraan bermain. Jika dahulu ada pak Kasur, ibu Sud yang produktif menciptakan lagu untuk anak, namun seiring gencarnya tayangan televisi mulai dari sinetron, gosip infotaiment, film-film vulgar hingga reality show meracuni kehidupan anak anak masa kini.
Budaya ala barat menyusupi otak anak-anak akil baligh sehingga berani melakukan hubungan INTIM belum ada ikatan suami istri. Ingat !!! masa remaja merupakan masa “rawan identias” faktanya itulah saat ini marak terjadi.