Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Taksi Kode "Janda"

20 Desember 2015   10:05 Diperbarui: 22 Desember 2015   07:17 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="pantai pasir putih Bira Bulukumba Makassar"][/caption]Subhan Riyadi- Tiga hari menikmati indahnya Pasir Putih Pantai bira. star tanggal 17-19 Desember 2015 dalam rangka family gathering bersama teman sekantor, pada akhirnya kebersamaan itu harus berpisah. Perjalan pulang begitu melelahkan dari Pantai Pasir Putih Tanjung Bira Bulukumba Makassar pukul 09.05 wita, jarak tempuh lebih kurang 200 KM. Bulukumba menuju Pantai Pasir Putih Bira 40 KM, kembali dengan selamat. Delapan jam terduduk dalam rombongan bus pariwisata akhirnya tiba kembali di kantor.

[caption caption="Menikmati panorama pasir putih Pantai Bira"]

[/caption]Saya dan ke dua anak laki-laki menunggu taksi di depan kantor P3E Suma-KLHK. Sekian lama berdiri menunggu, taksi warna biru pun melintas tepat dihadapan saya berdiri, bergegas ku lambaikan tangan sebagai sandi menyetop taksi. Taksi pun berhenti, terbuka pintu taksi segera kami naik. Di sini (Makassar) buka tutup pintu otomatis nominal terhitung Rp. 6000 (enam ribu rupiah).

Sebenarnya, jarak kantor-rumah tidak terlalu jauh amat sih, kira-kira 1 KM. Sampai-sampai tawaran dari beberapa teman untuk meengantar ke rumah dengan sadar saya menolak, dengan alasan tidak mau terlalu merepotkan “naik taksi saja” terimakasih tawaranya.

Sesudah taksi melaju, mendekati jalan arah rumah melintaslah taksi warna biru satu group dari arah yang sama tanpa penumpang alias taksi kosong berpapasan. Pada saat saling berdampingan, sopir taksi kosong tersebut berteriak JANDA KA’ sambil ngakak hahahaha.

Bertanya-tanya dalam benak, apa maksudnya JANDA KA’ padahal saya laki-laki kok dibilang JANDA, tidak mau berlama-lama mati penasaran, saya memberanikan diri bertanya kepada sopir taksi yang saya tumpangi. “Pak, tadi maksudnya JANDA yang dibilang teman ta’ tadi apa?” kata subhan.

Kemudian secara rinci sopir ini, menjelaskan “begini, maksud teman bilang-bilang JANDA tadi, ini istilah yang kami pakai oleh sesama sopir taksi dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.” Ooo!!! sambil ku anggukkan kepala mendengar penjelasan dari pak sopir. Kadang istilah ini sebagian besar penumpang terdengar asing ditelinga, terkesan mulutnya kurang ajar, tapi maksud sebenarnya tidak demikian.

Mereka menyebut dirinya sendiri taksi kosong dengan istilah atau kode “JANDA” sebaliknya taksi yang berpenumpang diistilahkan sudah memiliki pasangang. Setelah mendengar penjelasan tersebut, tanpa merasa punya dosa, pecahlah tawa dalam taksi....hahahahahahaha....diikuti senyum pak sopir, tak kira apaan pak? pembaca ma'af kali ini biarkan saya terpingkal-pingkal hahahahahaha!!!!!

Lebih lanjut pak sopir antusias bercerita, pernah mengalami peristiwa serupa namun kali ini penumpangnya perempuan “pada suatu hari, beliau (sopir ini) diteriakin JANDA KA' oleh temannya yang lain, kebetulan penumpangnya ibu-ibu, sampai membuat si penumpang naik pitam “kurang ajar mulutnya” ternyata ibu ini tidak rela disebut RONDHO/JANDA, dengan nada emosional si ibu menyuruh paksa, kejar taksi tadi pak, sudah bersuami kok dibilang janda!!” ujar pak sopir meniru gertakan penumpang ibu ini. Namun, beliau berhasil meyakinkan sang penumpang, bahwa istilah atau kode ini hasil kesepakatan kami sesama group taksi, guna mengurangi kepenatan keliling seharian mencari penumpang, tidak ada maksud merendahkan bahkan melecehkan perempuan seperti yang dituduhkan penumpangnya, karena alasan masuk akal sifatnya menghibur, akhirnya ibu ini memakluminya.

Dan, sebelum mengakhiri percakapan menarik hari ini, saya hanya bisa memberi masukan kepada bapak taksi agar “hati-hati saja pak, maksud kita bercanda untuk ditujukan buat dirinya sendiri/sopir sendiri, tidak menutup kemungkinan akan multi tafsir ceritanya, kalau penumpangnya perempuan pak, harfiah perempuan relatif lebih BAPER (terbawa perasaan), lain halnya dengan laki-laki, masih mampu mengendalikan perasaannya, lebih rasional pak, kataku” beliau pun tersenyum.

Akhirnya, cerita segar ini berakhir didepan rumahku-surgaku sebuah kompleks perumahan pada waktu sore hari pukul 17.30 wita masuk rumah.

Alhamdulillah, sampai juga akhirnya! turun bayar ongkos Rp. 13. 700,- (tiga belas ribu tujuh ratus rupiah). Karena cerita menghibur hati ini, dengan rasa gembira tips pun pantas diberikan buat beliau telah menghibur kepenatan rutinitas kantor, tambahan buat kebaikan pak sopir taksi biru yang terbilang paruh baya namun kharismatik membuatku menaruh rasa HORMAT kepada beliau. Terimakasih pak.

Makassar, 20 Desember 2015

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun