[caption caption="lokasi depan kantor Telkom Sudiang"][/caption]Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar diharapkan agar tidak terbuai dengan Penghargaan Adipura yang didapat. Masih banyak pekerjaan rumah menanti di depan mata.
Rapatkan barisan agar sekiranya lebih sering memantau kondisi lapangan, bahwa Adipura bukan hanya asupan gizi sesaat meraih popularitas.
Harus lebih sering turun lapangan memantau aktivitas masyarakat akan kepedulian terhadap sampah. Jangan ada kesan pembiaran buang sampah di sembarang tempat, sebuah ironi kesenjangan biaya retribusi dengan pelayanan kebersihan.
[caption caption="Lokasi depan Kantor Telkom Sudiang"]
[/caption]Dampaknya, tumpukan sampah yang menutupi saluran air, ketika datang musim penghujan akan menyebabkan banjir melanda, masih dijumpai masyarakat membuang sampah sembarangan pada lokasi-lokasi tersembunyi mengakibatkan penumpukan sampah, sekaligus tempat lahirnya sarang penyakit.
[caption caption="Lokasi depan Kantor Telkom Sudiang/ 29 November 2015"]
[/caption]Terbatasnya ketersediaan tempat sampah sepanjang jalan kota makassar, sehingga masih saja ditemui gundukan sampah diberbagai tempat. Bisa saja dikendalikan asal disediakan tempat sampah memadai, dengan pemantauan secara intens dari pemangku kebijakan setempat, mulai tingkat rumah tangga dalam hal ini diwakili ketua RT hingga tingkat kecamatan atas komando dari Camat.
[caption caption="Lokasi Depan Kantor Telkom Sudiang"]
[/caption]Salah satu penyebab sulitnya mengatasi permasalahan sampah adalah jumlah penduduk kota Makassar terus mengalami lonjakan begitu signifikan.
Penduduk Sulawesi Selatan Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014 Jumlah 1,429.2 Jiwa (sumber data Badan Statistik Sulawesi Selatan).
[caption caption="Lokasi Depan Kantor Telkom Sudiang"]
[/caption]Bukanlah pekerjaan mudah mengatasi sampah. Semakin bertambah jumlah penduduk “percayalah” sampah kian melimpah, tidak begitu besar pengaruhnya bagi masyarakat, terhadap sistem Tempat Pembuangan Akhir
Sampah (TPA) model
sanitary landfill (metode TPA yang paling maju saat ini dimana sampah diurug dan dibuang secara sistematis. Setiap hari sel sampah ditutup/dilapisi dengan tanah. Pembuatan ketinggian dan lebar sel sampah juga diperhitungkan. Pada dasar tempat pembuangan, dibuat pipa-pipa pengalir air lindi yang kemudian diolah menjadi energi. Di antara sel-sel sampah juga dipasang pipa-pipa penangkap gas metan yang kemudian diolah menjadi energi. Sanitary memiliki fasilitas lebih lengkap dan mahal dibanding controlled landfill.
Sanitary landfill adalah jenis TPA yang diakui secara internasional). Mustahil masyarakat akan berbondong-bondong se-kompi “wisata” ke TPA model
sanitary landfill, itu hanya sebagian kecil kriteria penilaian Adipura.
Secanggih apapun metodenya, kalau budaya buang sampah sembarangan kian
“menggila” maka urusan sampah tidak akan pernah tuntas. Tanpa dibarengi kesadaran masyarakat dalam mengurangi produksi sampah skala kecil, menengah bahkan besar, akan selalu dijumpai titik-titik pembuangan sampah disembarang tempat.
Sampah selalu menjadi momok menakutkan yang seringkali terabaikan dan tidak terlalu mendapat perhatian oleh masyarakat umum. Padahal masalah sampah bukan saja urusan pemerintah kota, tapi juga setiap lapisan masyarakat yang ada didalamnya. Salah satu cara dengan proses daur ulang sampah.
Sampah bukan hanya urusan “slogan” pemanis bibir saja, akan tetapi tindakan nyata sepanjang masa, hingga manusia tidak lagi sanggup "mengorbitkan" sampah, alias tak mati. Ayo kita dukung demi upaya penyelamatan lingkungan dan menjadikan lingkungan kita bersih bebas sampah. Semangaatt!!!
Sebagai penutup artikel, saya ingin mengutip pesan Unilever dalam Paris climate summit 2015
Lihat Inovasi Selengkapnya