Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ritual Sholat Iedul Fitri Tinggalkan Tumpukan Koran Bekas

6 Juli 2016   13:08 Diperbarui: 6 Juli 2016   13:47 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ied Mubarak 1 Syawal 1437 H

Taqabbalallahu Minna Wa Minkum Wa Ja’alanallahu Minal ‘Aidin Wal Faizin” Mohon Ma’af Lahir dan Bathin

Sama seperti tahun sebelumnya, sebulan penuh kita ditempa dari nafsu, birahi syahwat kebinatangan sebagai manusia. Tepat 1 Syawal 1437 Hijriyah, takbir, tahlil dan tahmid berkumandang seantero jagad raya, seakan getarannya hingga menggetarkan arsh-NYA, sebagai pertanda bahwa Bulan Suci Ramadan pergi meninggalkan kita semua. Pertanyaannya apakah kita nanti akan dipertemukan dengan Bulan Ramadan tahun depan? Seiring berlalunya bulan penuh berkah tersebut, diharapkan calon-calon penghuni syurga hasil “karantina qolbu” mampu meminimalisasi perilaku tercela, sekaligus sebagai kontrol diri dari teori konspirasi negatif sebelas bulan yang akan datang. Setidaknya kita tebar pahala dengan senyum dan kasih sayang terhadap saudara sesama muslim maupun non muslim jauh dari sikap “pencitraan”.

Tidak cukup sampai di situ saja. Tradisi takbir keliling masih mewarnai kemenangan, meski saat ini sifatnya lebih kepada ceremony melalui pengeras suara. Setidaknya secara turun temurun tradisi takbir keliling tersebut sulit dihindari. Letupan gegap gempita petasan pun samar-samar terdengar di pelosok kampung tidak terhindarkan. Menandakan rasa syukur kita kepada Alloh SWT atas kemenangan menjalankan ibadah puasa sebulan penuh lamanya, rutin digelar ritual sholat Iedul Fitri di lapangan terbuka sampai membeludak ke jalan raya, hingga suasananya ibarat panggilan ibadah ke Tanah Suci Mekkah, khotbah Ied merupakan fardhu khifayah bagi jama’ah sebagai kuliah qolbu agar hidup lebih terarah.

Iedul fitri menjadi afdol dengan silaturohim ke sesama saudara muslim baik dari kalangan masyarakat strata bawah hingga tingkat pemerintahan/birokrat. Open house andil meramaikan suasana lebaran sebagai ritual khusus kalangan public figure baik legislatif, eksekutif, yudikatif.

Koran bekas alas sajadah (dokpri/subhan)
Koran bekas alas sajadah (dokpri/subhan)
Berbusana rapi berbondong-bondong umat Islam seluruh penjuru dunia sampai pelosok desa melaksanakan sholat Ied di tanah lapang, mungkin saja mempunyai makna dan tujuan “membentang suka cita berjama’ah.” Tradisi membawa karpet atau koran bekas sangat lazim dijumpai. Akan tetapi setelah melakukan sholat Ied bekas koran-koran pengalas sajadah dibiarkan bertebaran begitu saja di tanah lapang maupun jalan raya. 

Hal ini tentu sangat bertentangan dengan kalimat “kebersihan sebagian dari iman” di mana rasa keimanan kita sebagai umat Islam, jika setelah sholat Idul Fitri maupun Idul Adha koran bekas kita biarkan menghiasi tanah lapang maupun jalan raya, perilaku ini tentu kontras dengan tagline kebersihan sebagian dari iman. Apakah ini namanya bersih suci seperti bayi yang baru lahir dari rahim ibunya, guna mengarungi duri kehidupan sebelas bulan ke depan? Coba kita tanyakan saja pada rumput yang bergoyang (Ebiet G. Ade).

Sangat disayangkan. Usai sholat Ied sampah-sampah berupa koran-koran bekas baik terbitan lokal maupun nasional mengotori padang ilalang dan jalanan. Beberapa pihak tentu menyesali budaya tersebut. Usai ritual sholat Iedul Fitri, koran bekas mengundang sampah. Pasalnya kita sulit mengubah kebiasaan. Sikap  mengotori sudah mendarah daging, dan membersihkan tidak menjadi bagian dari sikap kita. Meski secara otomatis panitia pelaksanaan hari raya turun tangan membersihkan memungut sampah-sampah koran tersebut, setidaknya para jama’ah harus tau diri untuk membawa kembali koran bekasnya atau buanglah pada tempat sampah yang telah disediakan. Jangan berlalu begitu saja dong! Berhamburnya sampah hanya akan menodai kesucian Idul Fitri.

Dokpri/subhan
Dokpri/subhan
Adanya petugas kebersihan bukan berarti kita seenaknya mengotori. Di mana iman kita setelah ibadah sholat Ied? Kok tidak ada rasa toleransi sama-sekali terhadap kebersihan lingkungan sekitar kita. Di lain sisi ada pihak-pihak yang memanen sampah koran tersebut, yaitu mereka sehari-hari biasa kita sebut pemulung, secara protokoler melakukan mulung. Mereka terlahir dari keterdesakan ekonomi yang kemudian melatarbelakangi kemiskinan yang sering bersifat struktural. Dalam kasus-kasus tertentu terkadang pemulung lebih mulia dari PNS. Kalau tidak ada pemulung akan seperti apa negeri ini?

Pemulung memang memungut sampah bernilai ekonomis demi mempertahankan asap dapurnya tetap mengebul. Tapi di tengah defisit perekonomian bangsa ini, profesi tersebut jauh lebih mulia. Karena, di lain sisi, keterdesakan ekonomi juga dapat menggelapkan mata manusia yang lain, yang baik-baik untuk berbuat jahat, hingga bertindak di luar akal sehat, seperti  menjadi maling, mencopet, membunuh, merampok, dan menipu, untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Lingkup kasta elit boleh dikatakan lebih sadis dari kaum akar rumput.

Dokpri/subhan
Dokpri/subhan
Struktur kebijakan pemerintah terkadang sering tidak memihak kepada kaum yang lemah sehingga yang miskin semakin miskin, yang kaya semakin kaya, yang kuat selalu menang, yang lemah selalu kalah untuk “keadilan” Sebuah tradisi turun temurun bagai “rantai makanan” hubungan timbal balik simbiosis mutualisme saling menguntungkan tanpa kesepakatan, dimana umat Islam usai sholat iedul fitri menebar sampah berupa surat kabar lama, sementara pekerja mulia memungut sampahnya dijadikan rupiah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun