Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

'Pedasnya' Harga Cabai, Cuaca atau Distorsi?

10 Januari 2017   12:53 Diperbarui: 10 Januari 2017   18:21 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber gambar: http://bisnis.liputan6.com)

Meroketnya harga cabai sejak menjelang tahun baru 2017, apalagi berdalih cuaca buruk, tentu bukan jawaban bagi perkekonomian rakyat indonesia. Kenaikan ini membuat harga cabai lainnya seperti cabai merah keriting ikut merangkak naik, tentu bukan berita menggembirakan bagi kalangan petani, distorsi merugikan pedagang. Keadaan distorsi ini sangat mengganggu tingkat perekonomian, karena membuat tingkat penjualan tidak seimbang dengan daya beli masyarakat yang pada akhirnya berimbas pada pendapatan pedagang cabai.

Kenaikan harga terjadi pada komoditas cabai rawit merah yang mencapai hampir tiga kali lipat hingga Rp140.000 per kilogram. Adapun harga cabai merah mencapai Rp40.000 per kilogram. Tak ayal sejumlah pedagang, jumlah cabai yang dijualnya berkurang akibat minim pasokan dan harganya pun cenderung naik. Tampak perbedaan harga jual terjadi antar pedagang meski di pasar yang sama, bisa mencapai Rp10.000.

Dilansir berita liputan6.com di Jakarta, harga cabai sudah mencapai Rp. 160 ribu per kilogram. Kenaikan ini membuat harga cabai lainnya seperti cabai merah keriting ikut merangkak naik. Terutama harga cabai rawit merah yang melonjak hingga tiga kali lipat sampai akhir pekan lalu. Ungkap Menteri Pertanian dan Menteri Perdagangan, “cuaca adalah penyebab kenaikan harga.”

Presden buruk bagi Indonesia notabene adalah negara kaya sumber daya alam, baik pertanian, perikanan, perkebunan maupun pertambangan, namun mereka (petani, petani kebun, nelayan, penambang) belum sepenuhnya sejahtera, mereka masih hidup dibawah garis kemiskinan. Uniknya Walau harga cabai melambung tinggi, sejumlah orang penikmat cabai masih memburu pedasnya harga cabai. Ibarat kata “tobat sambel.”

Termasuk saya, yang begitu kurang menyukai super pedas mengakui, sambal harus ada dalam menu makanan, meski hanya 3 biji. Karena harga cabai naik, saya menyiasatinya dengan memetik cabai di kantor secukupnya saja, yang ditanam oleh teman-teman bagian taman sekaligus pengelola Bank Sampah,

Kenaikan harga cabai tidak sama di setiap daerah dan membuat banyak orang merasa dirugikan. Di Surabaya harga cabai Rp. 80.000 s/d Rp. 90.000 begitu pula daerah lain, bahkan cabai busuk pun masih laku diperjual belikan kisaran harga yang cukup menggiurkan Rp. 40.000,- dari segi kesehatan cabai busuk menjadi perhatian tersendiri bagi pemerintah. Laporan beberapa media lokal menyebutkan harga cabai di Samarinda, Kalimantan Timur, mencapai Rp. 200.000 per kilogram.

Lonjakan harga cabai membuat pedagang kewalahan mencari pasokan. Alhasil, pedagang kesulitan membeli dalam jumlah banyak dan terpaksa menjual dengan harga yang terbilang mahal dengan maksud balik modal.

Kurangnya pasokan akibat curah hujan tinggi di berbagai kantong-kantong produksi membuat harga cabai kian tak terbendung, dampaknya daya beli kurang. Jika di rating, saat ini harga cabai melebihi harga daging per kilonya, harga daging sapi Rp. 60.000-65.000.- per kilo. Stabilnya harga daging sapi juga di ikuti komoditas bahan pangan lainnya, bawang merah masih berada diharga Rp. 35.000,- telur dikisaran harga Rp. 23.000,- per kilo, daging ayam potong justru mengalami penurunan harga dari Rp. 40.000- menjadi Rp. 30.000,-

Faktor cuaca saya rasa bukanlah satu-satunya penyebab langkanya cabai di pasar, boleh jadi faktor distorsi sekelompok orang/tengkulak atau kelompok tanpa disadari biang permasalahan, sehingga distribusi cabai ke pedagang tersendat. Curah hujan akhir-akhir ini sangat intens mengakibatkan petani gagal panen sehingga pasokan pun terbatas. Ditambah lagi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi ikut menambah biaya angkut transportasi.

Saking mahalnya harga cabai membuat petani cabai rela ronda malam berjaga-jaga dari pencurian cabai. Oleh karena itu, tingkat keamanan perlu mereka lakukan, demi menghindari keusilan oknum tidak bertanggungjawab pencurian atas kenaikan harga cabai.

Setidaknya satu komponen saja mengalami kenaikan harga, otomatis yang lain turut merangkak naik. Dengan kenaikan harga cabai akan berdampak pada tingginya biaya operasional di tingkat petani juga kristalisasi keringat lebih tinggi dari harga jualnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun