Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Nak! Korupsi Itu Politik Tengik, tapi Asyik

29 Juni 2017   07:18 Diperbarui: 29 Juni 2017   20:41 1734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar: normantis.com)

Di suatu pagi anak laki-laki saya yang nomor dua tahun ini akan memasuki bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) tiba-tiba nyeletuk berkata kepada saya begini ujarnya, "Pak seharusnya yang pakai embel-embel di baju seragam sekolah bertuliskan pesan moral 'AKU BENCI KORUPSI-AKU BENCI NARKOBA' itu Pegawai Negeri Sipil, Pegawai BUMN. Bukan anak sekolah seperti kami," celetuknya.

"Anak sekolah apa yang mau dikorupsi? Kaos kaki?" imbuhnya. Sontak hati saya terasa perih bak disayat sebilah silet yang kedua sisinya sama-sama tajam.

Sebagai orang tua yang juga berprofesi sebagai PNS, saya tidak bisa berkata-kata apa-apa. Mati kutu dibuatnya. Ibarat minum air berasa duri, makan nasi berasa sekam. Serba salah jadinya. Saya hanya menjawab diplomatis, "Tanyakan saja sama pemerintahnya, kenapa baju seragam anak sekolah harus dipasangi embel-embel berkedok komersil, hanya mengotori pakaian sekolah saja. Toh korupsi dan narkoba tetap marak."

Secara tidak langsung pernyataan tersebut menegaskan agar pemerintah memasukkan kurikulum korupsi sebagai matapelajaran di sekolah. Nyatanya! Tidak ada pelajaran korupsi saja, pelaku penyimpangan atas uang negara kian menggila apalagi ada pelajaran mengenai korupsi, otomatis para koruptor akan bertingkah tengik namun mengasyikkan.

Anakku.

Sekarang ini banyak orang bisa memberi contoh, tapi sedikit orang bisa menjadi contoh. Memberi contoh itu mudah, tapi menjadi contoh itu yang sulit. Bangsa ini tidak hanya membutuhkan orang pintar kita juga perlu orang benar, bahkan di masyarakat lebih baik menjadi benar tidak terlalu pintar, ketimbang pintar tapi tidak benar.

Kalau pintar tapi tidak benar, rusak rakyat dibuatnya, disuruh ngurus beras malah nimbun beras. Disuruh ngurus laut jadi bajak laut. Dipercaya ngurus hukum justru membikin hukum seperti pisau tajam ke bawah tumpul ke atas. Kalau yang lemah salah hukum cepat-cepat ditegakkan, kalau yang besar mempunyai kedudukan tinggi bersalah pada diam pura-pura tidak mengerti, itu yang melukai rasa keadilan.

Disiplin dibutuhkan untuk memberantas korupsi akan tetapi bangsa kita sekarang ini disiplinnya lemah, korupsi sangat sulit diberantas, karena pejabat kita takut atasan, tapi tidak takut Tuhan. Intinya jangan hanya memberi contoh tetapi tidak bisa menjadi contoh sama saja omong kosong!

"Korupsi itu memang politik tengik tapi asyik," Pungkasku setengah malu-malu tapi mau.

Ternyata anak laki-laki saya lebih kritis dari zaman orang tuanya dulu.

Makassar, 29 Juni 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun