Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

KALIGRAFI BATAS SUCI, BUKAN PEMANIS PONDASI MASJID

30 April 2015   13:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:31 1035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ide awal peresmian prasasti BATAS SUCI bertujuan untuk memastikan kesucian lantai masjid dari najis dan kotoran yang terdapat pada alas kaki. Waktu masuk sholat ditandai adzan berkumandang otomatis berbondong-bondong orang menuju Masjid,  Dimana kita sebagai umat muslim wajib menjaga kesucian tempat sholat, agar sholat kita khusyu. Sebagaimana yang saya ketahui bagian dari Masjid yang wajib dijaga kesuciannya adalah ruangan utama dalam Masjid untuk tempat sholat, teras Masjid yang juga digunakan untuk sholat, dan tempat berwudhu. Biasanya di ketiga tempat tadi terpampang papan pemberitahuan yang bertuliskan “BATAS SUCI-MAAF BUKA ALAS KAKI”, ini untuk mengingatkan kita agar selalu menjaga kesucian ke tiga tempat tersebut.

Batas Suci membatasi najis yang telah ditentukan. Maksudnya bahwa pada area itu agar jangan memakai alas kaki agar dilepas diluar area tersebut, karena dikwatirkan ada najis yang masuk masjid. Bukankah dalam islam, syarat sahnya sholat diantaranya SUCInya tempat ibadah. Melepas alas kaki bila memasuki area SUCI.

Pesan serupa layanan masyarakat Buang Sampah Pada Tempatnya, “Jangan Mengotori Jika Tak Bisa Membersihkan” masih ada saja yang membuang sampah sembarangan, masih ada saja yang mengotori. Tujuan mulia tersebut dilanggar baik teledor maupun tidak, ini takdir, kebetulan atau kesialan untuk disampaikan.

Batas suci merupakan salah satu elemen penting dalam mendirikan sebuah masjid. Secara sederhana dapat diartikan sebagai area dimana harus melepaskan alas kaki baik sepatu maupun sendal, bagi siapa saja yang masuk ke masjid, tak terkecuali Kepala Negara harap lepas alas kaki.

Namun apa yang saya lihat dan saksikan saat melaksanakan ibadah sholat di masjid komplek dekat rumah, ketika BATAS SUCI dilintasi tidak ada teguran dari marbot, malah cenderung beringas, begitulah pengamatan di benak saya.

Batas suci sebuah keniscayaan bila keinginan tadi dilanggar, biasanya ditandai tulisan atau garis batas lurus horisontal ditemukan di depan pintu masuk masjid, teras ataupun tangga masjid.

Mungkin saja hal ini luput dari pengamatan masyarakat, yang hendak melaksanakan ibadah sholat di masjid, namun menurut pandangan saya pribadi, yang memiliki pengetahuan sangat terbatas tentang agama Islam, apa yang terlihat setiap kali saya ke masjid, sungguh sangat jauh dari prilaku dan sikap menjaga kesucian masjid. Papan yang bertuliskan “BATAS SUCI-MAAF BUKA ALAS KAKI” seakan-akan tidak terlihat oleh para jamaah. Kebersihan Sebahagian dari Iman kudu diterapkan sejak usia dini, agar kelak dewasa tidak ceroboh.

1430374016356461640
1430374016356461640
Namun jika kita perhatikan peringatan itu terabaikan. Banyak diantara warga masyarakat tetap saja memakai alas kaki hingga melampaui batas. Mayoritas mereka yang melewati batas tergopoh-gopoh khawatir ketinggalan rakaat sholat, yang terjadi kekhawatiran tersebut penyebab tergesa-tergesanya hingga tidak konsentrasi memperhatikan Batas Suci.

Untuk sekarang dan seterusnya tidak ada yang merasa di repoti, sandal dan sepatu lebih berharga dari sholat, “HILANG” merupakan dosa besar ketimbang ibadah. Bertamu ke rumah Alloh tidak hanya dipandang sebagai orang alim saja, itu tergantung persepsi masing-masing orang. Entah, karena kurang strategisnya urusan tempat batas suci, maka tidak ada aparat enggan melibatkan diri.

Hal ini sangat disayangkan karena tidak ada yang menjamin kebersihan alas kaki para “pelintas batas ini”. Profesi pelintas batas ini tidak menutup kemungkinan tokoh masyarakat, pejabat, pedagang, tukang ojeg, anggota dewan, pns, pelajar dan mahasiswa, masyarakat biasa, saya sendiri tidak luput sering ceroboh melintas batas suci. Meskipun berulang kali dibersihkan, selalu saja ada yang melanggar, ini juga berdampak pada ibadah sholat yang dilakukan masyarakat sekitar masjid akibat ulah pelintas batas yang kemungkinan tidak steril dari najis.

Fenomena tersebut akibat antagonistik manusia terhadab label yang sering dilanggar, menandakan budaya minat baca masyarakat masih rendah, kaligrafi indah BATAS SUCI bukan pemanis pondasi dinding masjid, hal itu dapat dicegah hanya dengan kesadaran diri masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun