Jas kurang rapi Dirjen HAM gugat tukang laundry sebesar 210 juta rupiah. Dirjen Hak Hak Azasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Azasi manusia (HAM) Mualimin Abdi tega menggugat pemilik laundry kiloan bernama Budi Imam hanya gara-gara sepele jas seharga 10 juta rupiah menyusut, sementara 200 juta rupiah sebagai ganti untung imateriil, sehingga tidak bisa lagi mengenakan jas tersebut pada acara resmi dan kenegaraan.
Budi pemilik Laundry sempat mengunggah kasus ini ke media sosial dan banyak mendapat dukungan dan hujatan dari berbagai netizen. Kasus yang sudah naik ke meja hijau ini akhirnya berujung damai. Karena sang Dirjen HAM mencabut tuntutannya. Dia tidak jadi meminta ganti untung sepeser pun, Budi pun mampu bernafas lega.
“persoalan dengan mas Budi, jas saya dan batik saya itu sudah clear. Sudah selesai. Gugatan itu saya layangkan dengan tujuan untuk memberikan pelajaran bagi masyarakat yang dirugika orang lain maka dilakukan jalur hukum”, kata Mualimin Abdi.
Tentu dengan kusutnya jas Dirjen HAM mengakibatkan tuntutan terhadap usaha laundry sebesar 210 juta rupiah tersebut tidak sekusut penegakan HAM di negeri ini. Masak sih gara-gara jaas kusut menuntut pengusaha kecil seberat itu, mampu membeli jas seharga 10 juta rupiah, hal sepele seperti ini saja seperti kebakaran jenggot, kalau boleh tahu berapa gaji jabatan seorang Dirjen HAM?
Antara irit dan pelit beda-beda tipis, jas Pejabat berbanderol 10 juta rupiah wajib hukumnya laundry di tempat eklusive dong pak, bukan level “Penjahat” Dirjen HAM dengan cara laundry kiloan.
Mau jadi apa negara kita jika dipegang oleh orang-orang berotak katak, masalah sepele saja harus meja hijau apa sudah tdak punya naluri sebagai pemimpin. Katanya pejabat nyatanya penjahat. Katanya Jihat nyatanya jahat. Katanya orang baik nyatanya picik. Katanya rajin sholat, dari namanya saja Mualimin ternyata rajin pula menjerat keringat rakyat. Akan seperti apa birokrat ini tak lebih diisi TEHBOTOL (Teknokrat bodoh dan tolol) gara-gra jas kusut malah Kebakaran jenggot, mentang-mentang punya “kuasa” sehingga mau semena-mena. Meski berujung damai setidaknya dengan gugatan tersebut, kredibilitas seorang DIRJEN HAM Mualimin Abdi kandas sekaligus memalukan nama baik institusinya sendiri. Toh tidak ada salahnya berbagi sedikit rejeki.
Pepatah kuno mengatakan “Menjatuhkan kredibilitas seseorang sangatlah mudah, cukup mengupas kelemahannya maka kredibilitas seseorang akan jatuh. Sebaliknya menutupi kelemahan seseorang terlihat mudah faktanya sangatlah susah”. Itu!!
Makassar, 12 Oktober 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H