Pengemis Bule asal Jerman ( sumber gamba: http://www.inddit.com/)
Bukannya datang sebagai turis mencari sinar matahari di tepi pantai sanur atau di pantai kuta, bule ini ternyata lebih memilih berprofesi sebagai pengemis dari pada turis. Pekerjaan atau mengemis mulai diambil alih bule, dominasi penduduk lokal memonopoli mencari nafkah sebagai pengemis tampaknya mulai gulung tikar. Demi memenuhi kebutuhan hidup selama di berdomisili di indonesia bule luar negeri asal Jerman ini pun terpaksa meminta-minta alias mengemis, di kawasan jalan Raya Kuta, Legian-Denpasar Bali (9/9).
Dari berita online yang saya baca pengemis bule berjenis kelamin laki-laki bernama Benjamin Holst berwarga negara Jerman. Alasan dia mengemis mengidap penyakit kaki gajah, sudah 8 tahun mengidap penyakit tersebut akibat gigitan nyamuk cikungunya, saat berkunjung New Delhi, India dan sempat berobat di sana namun urung sembuh. Sejak itu, Benjamin tidak mampu lagi bekerja dan memilih menggelandang diberbagai negara sejak tahun 2009 hingga sekarang.
Menurut pengakuannya, tidak memiliki uang untuk kembali ke negara asalnya, termasuk menghubungi konselat Jenderal Jerman untuk bisa kembali ke negaranya. Lokasi tempatnya mencari nafkah berlokasi di tepian jalan Kediri, Tabanan Bali. Media lain memberitakan tidak hanya mencari peruntungan di indonesia, pengemis bule ini sudah cukup populer di kawasan Asia Tenggara. Aksi serupa dilakoninya di Thailand dan Filipina demi mendapatkan belas kasihan dari pejalan kaki dan pengendara motor.
Gusar tidak bisa melakukan pekerjaan lain, menggunakan penyakit kaki gajah yang diidapnya sebagai kedok untuk menarik koin-koin. Karena secara etimologi, aneh! Kok ada seorang turis asing berrwarga negara Jerman meminta belas kasihan kepada orang indonesia yang notabene Jerman merupakan negara eropa makmur di dunia. Bukankah aksi ini setidaknya “mencoreng” nama besar Jerman melalui HITLERnya yang tenar?
Setidaknya aksi Benjamin yang mengemis di Bali-Indonesia mampu menarik perhatian orang lain dan sempat memberinya uang. Meski realisasinya bekerja lebih mulia ketimbang meminta-minta, pepatah mengatakan tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah, kecuali dalam kondisi sakit atau lumpuh. Ya, semoga saja pemerintah Jerman segera memperhatikan penderitaan salah satu warganya di Indonesia.
Tentu miris menyaksikan wisatawan asing terlunta-lunta di Indonesia dan karena kepepet terpaksa mengemis, akan tetapi sangat menyakitkan hati bagi orang-orang yang pernah bersimpati terhadap pengemis bule bernama Benjamin Holst, diindikasii pria bertubuh tambun ini merupakan pengemis profesional di kawasan Asia Tenggara sejak tahun 2009. Tak terhitung banyaknya uang yang dihasilkannya dari mengemis sampai-sampai ia selalu makan enak di restoran mewah, berpesta, berfoya-foya, dan menyewa wanita panggilan.
Menurut pengakuan Benjamin, “dia sempat punya uang Rp. 6 juta tetapi sudah habis.” Imbuhnya, “sudah datang ke konsulat Jerman untuk kembali ke Jerman, tapi tidak diberi uang hanya diurus paspornya saja.” katanya.
Tidak dipungkiri bahwa fakta adanya pengemis bisa kita temukan hampir di semua negara. Menurut pandangan saya iklim ekonomi eropa seperti Jerman hingga saat ini masih menjadi yang terbaik dari sisi ekonominya di banding Eropa lainnya. Artinya jikalau di Jerman ada mafia pengemis, atau ada warganya yang mengemis di negara Indonesia tentu saja di belahan negara lain dari benua kasta wahid itu dipastikan tak kalah hebatnya.
Kok ada ya seorang bule jauh-jauh dari Jerman ke Bali-Indonesia berprofesi sebagai pengemis? Ya semoga ada perhatianlah, segera di deportasi seperti yang menimpa 177 nasib calon jamaah haji asal indonesia.
Sepertinya di Jerman tidak ada tempat untuk orang yang bermalas-malasan.