Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hidup Miskin, Pujo Bersama Anaknya Tinggal di Kandang Kambing

30 Oktober 2016   11:11 Diperbarui: 30 Oktober 2016   11:22 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar: http://suarabmi.co/)

Do’a pilu mengalun dari mereka yang peduli, pasalnya 3 (tiga) hari yang lalu seorang anak perempuan tewas tertabrak motor sepulang sekolah. Ia meninggalkan saudaranya yang kini menjadi mata bagi ayahnya yang buta.

Sepulang dari makam kita tidak akan menjumpai sofa atau tempat tidur nyaman seharga jutaan rupiah bagi keduanya untuk menenangkan jiwa. Rumahnya pun bukan tempat manusia sebagaimana layaknya manusia, pak Pujo yang hidup berprofesi sebagai tukang pijit, berbagi hidup dengan Kambing.

Kondisi keluarga ini hidup dibawah garis kemiskinan, membuat siapa saja yang melihat kondisi tersebut tentu akan mengundang air mata, bagi manusia yang mempunyai hatinurani. Belum berhenti sampai disini, derita pak Pujo bapak 2 (dua) anak ini kian memprihatinkan karena anak perempuannya yang baru duduk dibangku kelas VII-SMP (dulu kelas 1) meninggal dunia akibat kecelakaan. Hidup tidaklah mudah bagi keluarga Pujo, terlebih mereka adalah kaum papa tak punya kuasa atau gelimangan harta, hanya hewan seekor kambing yang sudi menampungya. Miris.!!!!

Memilukan. Kata itu yang tepat menggambarkan kondisi Pujo Kastowo. Pria asal Kertosari, Babadan itu sehari-hari tinggal di sebuah gubuk beralas tanah bersama dua anaknya. Di gubuk itu, Pujo dan keluarga hidup satu atap dengan dua ekor kambing. Tepatnya di belakang gedung juang 45, Jalan Batoro Katong, Kelurahan Kertosari, Kecamatan Babadan Ponorogo.

Hari-hari Pujo sebagai sang kepala keluarga pun kian suram karena ditinggal putrinya untuk selama-lamanya lantaran terlibat kecelakaan lalu lintas kala dia mengayuh sepedanya sepulang sekolah. Mifta yang usai mengantarkan temannya sepulang sekolah itu, tiba-tiba digasak seorang pelajar yang mengendarai sepeda motor, kala melintas di Jalan Batoro Katong. Mifta tak sadarkan diri. Selasa (25/10/2016), pukul 22.00, Mifta dilarikan ke RSU dr Soedono Madiun untuk dioperasi. Sayangnya, Rabu dini hari, Mifta mengembuskan napas terakhir karena pendarahan hebat. Anak perempuan Pujo bernama Mifta, sapaan Miftakul Dwi Khasanah meninggal Rabu (26/10/2016),

Melalui pemberitaan Media online penderitaan anak bangsa masih marak disekitar kita merupakan pemandangan memukau mata. Di Desa Cokromenggalan Ponorogo, Jawa Timur satu keluarga bertahun-tahun tinggal di kandang kambing yang bercampur dengan kotoran kambing dan lainnya, tanpa uluran tangan Pemerintah.

Usai pemakaman anak perempuannya, hari itu rumah Pujo ramai oleh warga dan sejumlah komunitas datang berkunjung, ada yang menyantuni untuk kebutuhan sehari-hari tapi diantara mereka tidak ada sosok pemerintah. Hallo? Kemana Pemerintah apa pada sibuk kampanye tebar pesona, obral janji-janji syurga buat dulang suara, setelah menang lantas kau ingkari.

Sang istri pergi dan tak lagi peduli dengan anak-anak dan suami. Menurut pemberitaan, istrinya menjadi TKW kaburan di Malaysia, karena ingin memperbaiki perekonomian keluarga dengan hasil yang lebih besar akan tetapi sudah 8 (delapan) tahun tidak ada kabar berita, koko sama persisi perayaan Kompasiana ke-8 tahun ya?.

Memang aduhai negeri ini, diantara iming-iming hadiah rumah mewah untuk mantan kepala negara. Sebuah keluarga hidup miskin dibawah rata-rata penghasilan Aparat Sipil Negara yang “katanya” selalu merasa kurang dengan gaji bulanan, bahkan masih Mark-Up proyek negara. Dilematis, Birokrasi bisa jalan kalau ada anggaran, karena programnya memang seperti itu, lain cerita dengan cairnya anggaran, tak pelak “niat jahat” menjurus korup masih saja terjadi, untuk apa ada Pemerintah khusunya semenja Otonomi Daerah menjadikan raja-raja kecil otoriter, toh ujung-ujungnya potret keburaman seperti pak Pujo dan keluarganya tinggal di kandang kambing terpampang nyata. Uzurnya usia Merdeka-71 tahun lantas belum mampu mengentaskan kemiskinan, bukankah fakir miskin dan anak terlantar “dipelihara” oleh negara, pertanyaannya negara mana?

Orang kaya makin kaya, orang miskin bertambah miskin, menjelaskan posisi kaum lemah akan selalu lemah adanya. Manisnya kejayaan negara republik indonesia tercinta selalu memihak kaum kapitalis, selebihnya bagi yang membutuhkan “sudah jatuh ketiban tangga.”  Untuk mempertahankan asap dapur tetap ngebul, suami dari istri bernama Samini sehari-harinya berprofesi sebagai tukang pijit. Hemm!!

Seperti ditulis suarabmi.com-ia hanya berharap istrinya ingat kepada anaknya yang kecil yang masih hidup, dan segera pulang melihat pusara anak perempuannya yang baru kelas kelas VII-SMP (dulu kelas 1) telah mendahuluinya, akibat kecelakaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun