Ditulis oleh Muli Rezky Mahasiswi Magang Fakultas Kesling-UIN Makassar
Cerita Skhola tanpa batas ini bermula dari rasa penasaran saya terhadap adik mahasiswi yang sedang melakukan magang di kantor tempat saya kerja bernama Muli Rezky. Stiker Skhola Tanpa batas tertempel di laptop warna biru mengusik rasa penasaran saya sehingga semakin lama semakin menguat, lantas saya bertanya kepada pemilik laptop biru berstiker Skhola tanpa batas, “apa arti Skhola tanpa batas,”ucapku.
Dengan lugas Muli Rezky menjelaskan pengalamannya belajar dalam komunitas tersebut, dengan antusias berbagi pengalaman memberikan filenya untuk di posting ke sosial media agar pengalaman ini menjadi pengingat, bahwa anak muda juga mampu mendirikan komunitas pendidikan dengan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan dana terbatas mampu menjalankan Skhola tanpa batas.
Berikut cerita tentang perjalanan hidup tujuh tahun silam di Skhola Tanpa Batas Muli Rezky akrab disapa Muli. Aku ingin share pengalaman selama aktif di Skhola Tanpa Batas. Saat ini Muli terdaftar sebagai mahasiswi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Aku tinggal di pinggiran kota, rumahku terletak dekat dengan pantai sehingga terasa suasana sepi. Jarak rumah ratus meter dari para tetanggaku. Hari itu adalah hari minggu dimana saat itu Aku masih duduk di kelas IX di SMP Negeri 15 Makassar.
Setelah mereka menjelaskan panjang lebar tentang kegiatan yang mereka biasa lakukan pada hari minggu dan mereka kedatangan tamu dari sekolah lain barulah rasa penasaranku itu terobati. Mereka pun mengajakku untuk bergabung dengan kegiatan mereka. Aku yang memang tidak memiliki kegiatan selain sekolah sangat tertarik dengan tawaran mereka. Mereka memintaku datang ke mesjid pada hari minggu sore.
Tibalah hari yang Aku nantikan. Hari minggu telah tiba dan Aku bersiap-siap untuk ke mesjid dengan berpakaian rapi dan berbekal buku dan kamus. Sesampainya di mesjid kakak yang biasa mengajari teman-temanku belum datang sehingga Aku hanya duduk sambil bercanda ria bersama teman-temanku. Aku merasa deg-degan menunggu orang yang akan mengajariku.
Tak lama kemudian orang yang kami tunggu telah tiba. Muncullah seorang lelaki yang sangat asing dan belum pernah Aku lihat sebelumnya. Belakangan Aku tahu bahwa orang yang akan mengajariku itu bernama Kak Edy. Hanya namanya saja yang Aku tahu bahkan sampai saat ini. Aku diperkenalkan kepada Kak Edy. Lalu kami pun memulai belajar bahasa Inggris. Aku sangat senang bisa belajar bahasa Inggris hari itu karena memang sangat menyukai bahasa Inggris.
Sejak saat itu Aku selalu datang ke mesjid untuk belajar. Satiap hari minggu kami belajar bahasa inggris, meskipun terkadang jumlah kami sangat sedikit tidak menghalangi proses belajar. Dengan peralatan seadanya semangat untuk belajar bahasa inggris terus bergelora. Kak Edy menuliskan pelajaran di kertas lalu kami memindahkan ke buku tulis kami masing-masing. Terkadang Kak Edy menuliskan materi pelajaran kami di kaca jendela mesjid atau di lantai.