Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Koboi Jalanan Si Pembuat Onar di Jalan Raya

8 Desember 2023   06:58 Diperbarui: 8 Desember 2023   07:01 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Arus Lalu Lintas nampak Lengang di waktu subuh (Dokpri/Subhan)


Selama ini koboi identik dengan sosok pemberani, jujur dan selalu membela kebenaran. Menunggangi kuda, berbekal keahlian bela diri mumpuni serta lihai memainkan senjata.  Itu dulu lur.

Jaman sekarang, kata "koboi jalanan" identik dengan ulah ugal-ugalan, membuat keonaran, pemecah kedamaian di jalan raya. Brutal, vandalisme tak jarang merampok seenak udelnya.

Koboi-koboi jaman "edan" ini acapkali kita menjumpai di kemacetan jalan raya, khususnya malam dini hari. Dengan "kuda besi" nya mereka merampas hak pengguna jalan umum lainnya.

Biang kemacetan itu bukan saja disebabkan pada rambu-rambu lampu merah semata. Melainkan ulah segelintir "koboi jalanan" itu sendiri,  serta membludaknya juru parkir liar tanpa identitas yang mendiami pertigaan atau perempatan jalan raya. Secara tidak langsung, hal ini disebabkan sulitnya mencari lapangan pekerjaan di negeri sendiri.

Keberadaan jukir liar ini mirip hantu. Mengapa dikatakan demikian, pasalnya, ketika pemilik kendaraan akan memarkirkan kendaraannya disuatu fasilitas umum, jukir liar ini menghilang tanpa kabar, nah, ketika pemilik kendaraan akan pergi, para jukir liar ini tib-tiba nongol tanpa ada perintah, seakan-akan tahu bahwa pemilik kendaraan tersebut akan meninggalkan tempat parkirnya, habis itu mereka tak segan-segan meminta uang parkir semaunya. Memang tidak semua jukir liar itu "jahat" namun hal itu hanya hitungan jempol.

Dugaan lain penyebab kemacetan akibat si pengguna jalan itu sendiri, berdesak-desakan saling mendahului tidak mau saling mengalah, bahkan kebut-kebutan bak "koboi" diatas kuda besinya.

Telinga orang indonesia pasti sudah tidak asing dengan istilah "Koboi" jalanan, dalam guyonan berlalu-lintas. Kata "koboi" jalanan diasosiasikan dengan orang yang mahir menyetir atau mengendarai kendaraan bermotor, namun kurang memahami rambu-rambu lalu lintas. Jangan coba-coba ambil lajurnya atau lebih baik mengalah kalau "koboi" lewat, siapa menghalangi jalannya pasti disikatnya, begitulah sebutan "koboi jalanan" yang mau menang sendiri. Kesannya memuji si "koboi jalanan" tetapi sebenarnya mengumpat negatif seseorang yang menyerobot rambu-rambu lalu lintas dan arogansi pengendara di negeri sendiri.

Candaan itu secara tidak langsung menyatakan bahwa lalu lintas di tanah air buruk dan berbahaya sehingga kemampuan menyetir seseorang akan terasah seiring kemunculan "koboi" jalanan yang mengemudi dengan sesuka perutnya sendiri. Menyetir atau mengendarai kendaraan bermotor saja tidaklah cukup,  memahami dan mematuhi rambu-rambu lalu lintas, tetapi juga mengutamakan  keselamatan pengguna jalan menjadi barang langka di kota-kota besar di tanah air ini.

Terlepas dari setuju atau tidak dengan keterangan di atas, selaku sesama pengguna jalan negara, tentu kita sering menemui kesemrawutan lalu lintas, akibat ulah "koboi jalanan" menguasai jalan raya. Salah satu alat ukurnya adalah lalu lintas. Memang, berkendara di jalanan itu harus memakai mata bukan pakai dengkul, juga gunakan otak. Kesiagaan penuh dan refleks yang bagus karena kendaraan atau pejalan kaki bisa muncul dari arah mana saja secara tiba-tiba. Ketika meleng, maka nyawa taruhannya.

Mengingat masih maraknya aksi "koboi" para pengguna jalan raya di tanah air. Sudah menjadi keharusan bagi sineas-sineas indonesia mengedukasi melalui film, seperti film berjudul Unhinged. Film ini menceritakan betapa kesabaran sangatlah dibutuhkan di tengah kemacetan lalulintas jalan raya yang kacau. Apabila pengendara tidak mampu menahan kesabaran, maka akan mengundang emosi pengendara kendaraan lain, bahkan nyawa sebagai taruhannya. Sebaiknya, sineas-sineas tadi jangan melulu memroduksi film setan-setan sama film adegan ranjang. Perlu diperhatikan juga edukasi berlalu lintas di jalan raya, harus menjadi prioritas sineas film indonesia kedepannya, semoga!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun