Saat sakaratul maut merenggut, semua kesombongan diri tiada arti....Hanya rasa takut dengan segala kengeriannya merasuki qalbuku yang cupu....
Sebuah perpisahan tanpa kata, selamat tinggal non hambatan, gratisnya begitu nyata....
Kemacetan lalu lintas tak menghalangi nyawa pamit dari raga.....ampun  kengeriannya terkenang di depan mata dan kepala....nyata adanya....
Tanpa aba-aba, panggilan itu merapal menghujam sukma, nikmatnya hidup hancur lebur, seketika sirna tiada sisa....
Harta benda tiada kau bawa, tinggallah amal perbuatan pendamping dalam kesunyiannya....
Sontak saja, bibir pilu membisu, kaku membeku sedingin salju, lalu berlalu
Selamat tinggal yang begitu perih, menguras air mata, meninggalkan jutaan duka lara...
Sebelumnya terlupakan, ucapan kalimat syahadat oleh bibir pendosa, dan tak pernah mengingat kebesaran-NYA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H