Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Puluhan Tahun Tak Tersentuh, Rumah Tua Ini Akhirnya Dibedah Juga

7 April 2023   07:52 Diperbarui: 7 April 2023   08:06 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Meski bulan suci Ramadan 1444 Hijriyah, pembedahan rumah tetap berjalan seperti biasanya. Sebab, sebelum atap rumah roboh yang mengancam keselamatan jiwa penghuninya, sebagai pemilik rumah tua yang berlokasi di Perumahan BPS Sulawesi Selatan, melakukan pembedahan rumah, khususnya bagian dapur yang merupakan perluasan dari bangunan aslinya, atap dan plafon.

Pasalnya rumah tua ini sudah 26 tahun sama sekali belum pernah disentuh tangan-tangan tukang alias dibedah, sehingga atap dan temboknya merapuh dimakan usia. Ditambah tingginya intensitas hujan hingga bulan April 2023, membuat kami cemas.

Akhirnya kami berani mengambil keputusan merombak total atap beserta plapon berbahan kayu, diganti baja ringan. Bagian belakang dibikin  model panggung untuk menyelamatkan barang-barang dari ancaman banjir musiman tersebut. Kemudian agar lebih tahan lama mengganti rangka kayu dengan baja ringan.

Sebagai kepala rumah tangga, saya merasa was-was dan khawatir apabila datang musim penghujan, selain musibah banjir atap rumah bocor-bocor kerembesan air hujan, hingga menembus tembok rumah, dimana kondisi temboknyapun rapuh termakan usia.

Pasalnya sejak dibeli tahun 2005 bangunan rumah berukuran 614 ini memang sudah rapuh, bangunan yang berdiri pada tahun 1996 itu sama sekali belum pernah direnovasi, sehingga apabila turun musim penghujan selalu terendam banjir, atap rumahpun sudah rapuh, apabila tidak segera direnovasi bisa-bisa mengancam keselamatan jiwa penghuni d dalamnya. Terlebih kerangka atap yang juga rapuh akan bocor dan merusak seluruh isi perabot rumah. Pengalaman menyedihkan ini selalu kami alami saat musim penghujan datang. Kondisi tembok sudah terkelupas sehingga batu batanya nampak jelas dari luar.

Berbagai upaya telah kami lakukan untuk menanggulangi terjadinya banjir, namun karena kondisi rumahnya yang memprihatinkan sehingga kami harus mengungsi ke tetangga yang rumahnya lebih tinggi.

Meski dana terbatas, pada akhirnya kami nekat merenovasinya dengan meninggikan pondasi rumah, khususnya bagian dapur agar terhindar dari banjir tahunan.

Terakhir, meminjam lirik lagu band rock legendaris God Bless yang berjudul 'Rumah Kita' menuliskan, Lebih baik di sini, rumah kita sendiri, segala nikmat dan anugerah yang Kuasa, semuanya ada di sini.

Semoga dengan dibedahnya atap beserta tembok rumah ini, kami dapat tinggal dengan aman, nyaman dan tidak lagi was-was terhadap musibah banjir ketika musim penghujan tiba.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun