Mengawali diskusi via WAG, Ishaq Rahman, S.IP., M.Si, AMPR, Ph.D (Cand) selaku narasumber menyampaikan rasa bahagia bisa andil pada diskusi ini. "Salam #dirumahaja," singkat Ishaq Rahman.
Dengan rendah hati, Ishaq Rahman, sebagai Dosen Ilmu Hubungan Internasional Unhas, yang sehari-harinya aktif sebagai Kepala Humas Unhas ini mengatakan bahwa dirinya bukan ahlinya ilmu PR, silahkan jika ada paparannya yang kurang sesuai dari sisi "ontologi" dan "epistemologi."
Sharing diskusi malam itu, Ishaq Rahman menuturkan, saya bukanlah seorang yang ahli dalam ilmu public relations (PR). PR itu ada ilmunya. Saya mungkin lebih tepat disebut praktisi PR.
Untuk itulah beberapa waktu lalu, saya mengikuti sertifikasi PERHUMAS, dan alhamdulillah saya dinyatakan memenuhi syarat untuk menyandang AMIPR (Associate Member of Indonesian Public Relations).
Diterangkan Ishaq Rahman, AMIPR
bahwa, krisis dalam PR itu ada dua macam.
Pertama, krisis yang dihadapi institusi atau lembaga yang kita wakili. Kedua, krisis yang dihadapi oleh lingkungan eksternal, dimana institusi kita berkaitan secara langsung.
Selanjutnya, terkait dengan topik  tentang tantangan PR dalam situasi krisis, khususnya dalam rangka merespon situasi krisis yang sedang kita hadapi terkait wabah corona atau COVID-19 mungkin tidak akan banyak mengemukakan aspek teori-nya, karena rekan-rekan bisa memperoleh materi terkait itu dari sumber-sumber yang lebih kompeten.
Rahman lebih banyak membagi pengalaman, bagaimana  sebagai seorang praktisi kehumasan, "deal with" situasi seperti itu.
Dalam bidang kehumasan, krisis adalah situasi mencuatnya isu yang berpotensi menimbulkan reputasi negatif atau buruk bagi lembaga kita.
Kemudian, Ishaq Rahman melanjutkan paparannya, kedua, krisis yang dihadapi oleh lingkungan eksternal, dimana institusi kita berkaitan secara langsung.
"Di pusat, gaya berkomunikasi Juru Bicara Covid-19 nasional awalnya sempat dikritik. Namun sekarang nampaknya sudah mengalami perubahan. Ini sedang kita hadapi bersama. Bangsa kita menghadapi wabah Covid-19. Jika teman-teman mengikuti, saat ini kritikan berdatangan dari berbagai pihak, terkait tata kelola informasi publik dan PR oleh otoritas," ulas Rahman.
Ini terjadi di pusat dan daerah, di daerah, khususnya di Sulawesi Selatan, kita hadapi situasi yang sama. Informasi bertentangan satu sama lain, berubah-ubah, dan kadang tidak konsisten.