Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bisingnya Raungan "Knalpot Racing" Nodai Kedamaian Idul Fitri

7 Juni 2019   09:21 Diperbarui: 7 Juni 2019   10:39 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Patut disayangkan, tepat dalam suasana merayakan hari raya idul fitri 1440 Hijriah, Republik Indonesia digegerkan bentrokan antar warga Desa Gunung Jaya dan warga Desa Sampuabalo Buton Sulawesi Tenggara. Rabu (5/6/2019).

Akibat kerusuhan tersebut berujung pada aksi pembakaran rumah warga yang membuat situasi mencekam. Bentrokan dipicu konvoi 20 motor sembari ngegas-ngegas motor mereka yang menggunakan knalpot racing.

Raungan-raungan suara motor yang dimodifikasi menggunakan knalpot racing itu membuat warga Desa Gunung Jaya Pusing tujuh keliling.

Setidaknya, ada 40 pemuda berasal dari Desa Sampuabalo melakukan konvoi liar menggunakan motor, berjumlah sekitar 20 unit dengan menggunakan knalpot racing dan bisingnya gas motor tersebut mengusik ketenangan warga Desa Gunung Jaya pasca melaksanakan ibadah puasa di bulan suci Ramadan

Konvoi tersebut pun mendapat teguran dari warga Gunung Jaya, bukannya menyadari perbuatannya, justru para gank motor ini gagal paham alias tidak menerima.

Entah setan apa yang menyusupi akhlak mereka ini, membabi buta membuat onar, setidaknya aksi brutal itu hingga memicu bentrok antar warga. Bentrok ini tak ubahnya tragedi semanggi, ada yang menggunakan bom molotov, akibatnya puluhan rumah terbakar. Peristiwa mencekam ini terjadi pada Rabu (5/6/2019) pukul 14.30 WITA tepat ditengah perayaan hari kemenangan.

Kemenangan disini terkadang banyak disalah artikan, bebas melakukan perbuatan apa saja, termasuk swa foto usai berduka atau membuat keonaran, sebab dihari nan fitri itu "ada kata maaf." Syah-syah saja merayakan kemenangan, tapi mbok ya jangan kebablasan. Pastilah sama-sama tahu yang berlebihan/kebablasan itu temannya setan.

Pemikiran seperti ini yang harus di bumi hanguskan, karena tidak sesuai dengan pri kemanusiaan dan pri keadilan.

Dilansir portal Republika.co.id, menurut keterangan saksi dari warga, La Aca (35), percikan sudah mulai terjadi sejak Selasa (4/6/2019) pukul 20.00 WITA. Sekitar pukul 20.45 WITA, konvoi kembali dilakukan ke Desa Sampuabalo dan kembali melewati Desa Gunung Jaya, ketika sampai di pertigaan Desa Sampuabalo dan Desa Gunung Jaya, massa yang melakukan konvoi berteriak dengan Kata-kata 'Kita serang Gunung Jaya'.

Teriakan provokator tersebut, mengawali terjadinya pelemparan ke arah rumah-rumah warga Desa Gunung Jaya. Masyarakat Desa Gunung Jaya tidak menerima perbuatan itu. Lalu terjadilah serangan balik memicu keributan antara pemuda Desa Sampuabalo dan pemuda Desa Gunung Jaya.

Di malam takbiran  keributan sempat dilerai oleh anggota Polsek Sampuabalo.  Namun, emosi yang tertunda, berlanjut keesokkan harinya, tepan di hari raya Idul Fitri 1440 H. Rabu (5/6/2019).  Sekitar pukul 14.30 WITA, massa dari Desa Sampuabalo menyambagi Desa Gunung Jaya, bukannya bersilaturahmi melainkan melempari rumah-rumah warga dengan bom molotov.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun