Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pemerhati Seni Budaya Sulsel Nilai Berkesenian di Sulsel Kurang Perhatian

8 Januari 2019   20:21 Diperbarui: 8 Januari 2019   20:31 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan hanya Makassar, tingkat kesenian dan Budaya di Indonesia mengalami kelesuan. Lesunya kesenian lokal daerah ini mirip perputaran roda perekonomiam kita yang kian limbung. Melihat kondisi seperti ini membuat seniman-seniman atau Budayawan asal Sulawesi Selatan berkumpul mengutarakan kiat-kiat menyiasati kelesuan ini.

Kelesuan Budaya di Sulsel membuat para pemerhati seni budaya Sulsel menilai bahwa berkesenian di Sulawesi Selatan kurang mendapat perhatian, bukan hanya pemerintah akan tetapi terpenting adalah masyarakat Indonesia condong memihak budaya asing dan faktanya tak terbantahkan.

Diprediksi 10 tahun mendatang arah kesenian tanah air sirna ditelan jaman seiring mudahnya akses koneksi internet. Demikian dibahas dalam pertemuan di Kampung Popsa, Sabtu (5/1/2019).

Dalam pembahasan tersebut Pemerintah prov terkesan tidak punya blue print yang bisa dijadikan rujukan bagi semua stake holder yang kemudian berefek jalan sendiri-sendiri. Tidak ada sinergisitas. Pemerintah sibuk sendiri dan tidak partisifatif. Tidak transparan dan patut di duga tidak a countable.

Berangkat dari asumsi ugly menggelisah ini maka para pemerhati kesenian melakukan curah pendapat menyoal kondisi berkesenian di Sulawesi Selatan.
Menurut Asmin Amin, ada empat pilar yang perlu dibangun untuk kemajuan berkesenian di Sulawesi Selatan. 

Diantaranya diusulkan empat gagasan:
1. Lembaga payung, yang berfungsi menjadi wadah bg para seniman tdk berfungsi sep dewan kesenian sulsel pdhal ada payung hukum yg mengamanahkan soal ini.
2. Dukungan pemerintah berupa kebijakan maupun pendanaan terkesan tertutup,dukungan pers yg setengah hati. Dukungan wasta Sep dana CSR tdk member kontribusi dlm menggiatkan kesenian.  
3. Kantong kantong kesenian tdk terawat dan dipelihara sbg upaya melestarikan kesenian dan kebudayaan.
4. Harus ada event kesenian scr rutin
Kalau bisa setiap tahun ada beberapa festival yang digelar dibeberapa daerah.
"Keempat pilar inilah yang coba kita gagas untuk diberikan kepada pemerintah provinsi." Ujar Asmin, pria yang hobi berpakaian hitam-hitam ini.  

Senada dengan itu, Pemerhati Pariwisata Sulsel, A. Ilham Mattalatta juga mengatakan, Kegiatan berkesenian itu perlu disemarakkan kembali karena Sulsel ini dikenal punya kebudayaan yang tinggi. Tapi sayangnya hampir sekian lama malah tenggelam. Padahal harus jadi ikon yang diharapkan bisa mendatangkan wisatawan.

"Kita harus belajar dari Bali dan Jogja. Mereka hidup dari passion kebudayaan dan kesenian mereka. Dan itulah yang membuat orang tertarik untuk datang kesana." Ujar A. Ilham.

Bahkan menurutnya baru-baru ini Ketua PHRI Makassar, Anggiat Sinaga juga mengeluh tentang itu. Yang mengakui dropnya kunjungan ke Makassar.

"Kesenian itu belum menjadi sesuatu yang trendi. Inilah yang wajib dibangun." pungkasnya.

Sehingga dengan adanya pertemuan ini diharapkan bisa berkelanjutan dan memberi masukan kepada Pemerintah Provinsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun