Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Katak dalam Tempurung Bertransformasi Menjadi Katak dalam Mbah Google

6 Januari 2019   19:40 Diperbarui: 7 Juli 2021   18:08 877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagai Katak dalam tempurung apabila dilihat di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya orang yang bodoh/berwawasan sempit/picik tetapi merasa dirinya paling mengetahui segalanya. Boleh dikatakan "Sok tahu" padahal sebenarnya tidak tahu apa-apa.

Parahnya lagi Kebanyakan orang katak dalam tempurung itu relatif mendapat tempat di hati, lantaran ia pandai  berbicara untuk meyakinkan orang lain dengan keahlian tutur bahasa yang sedikit ngawur. Padahal orang ini berpikiran sempit dan tidak memiliki wawasan yang luas.

Baca juga : Resign Dari Perusahaan Multi Nasional Seperti Katak Keluar Dari Tempurung

Misalnya ia berbicara tentang seluk beluk pulau Jawa atau pulau Sumatera padahal dia tidak pernah menginjakkan kakinya ke pulau tersebut. Orang bertipikal "katak dalam tempurung" ini tidak mau mengakui kelemahannya, condong  ngotot dan kepala batu. Mirisnya, orang-orang seperti ini tidak pernah kemana-mana, urusannya hanya di Dapur, Sumur dan kasur, lebih mengutamakan otot ketimbang otak.

Untuk sekarang ini Pribahsa tersebut perlahan tapi pasti berangsur-angsur luntur seiring perkembangan teknologi. Peribahasa itu, berubah total menjadi bagaikan katak dalam teknologi tepatnya mbah google. 

Artinya, tanpa banyak koar-koar alias tong kosong nyaring bunyinya, komunitas ini sudah mengetahui segalanya. Toh demikian validasi teknologi indormasi begitu dibutuhkan guna mengupdate informasi, orang-orang membutuhkan akurasi data dan informasi, bukan informasi lama alias berita basi.

Baca juga : Seberapa Sering Kamu Melihat Katak?

Meskipun ada mbah google, katak dalam tempurung ini diwajibkan "keluar rumah" alias merantau untuk mencari ilmu dan mempelajari adat budaya daerah lain. Cobalah bepergian merantau ke daerah lain, dan lebih sering lagi bertemu dengan orang-orang baru untuk bertukar ilmu juga.

Jangan hanya sibuk memukuli buku, memukuli meja atau kursi sebab mereka hanya benda mati dan tidak tahu permasalahan, maka sudah sewajarnya dirawat sebaik-baiknya lantaran tidak bersalah. Yang paling disesali sibuk menceritakan keburukan orang lain, tanpa memikirkan keburukan dirinya sendiri. 

Baca juga : Mungkinkah Gada Rujak Polo di Banyumas Memotivasi Katak Rebus, Whit Gibbons

Tidak salah apabila saya menuliskan pepatah "Orang lebih mengingat keburukan atau kekurangan orang lain, dari pada mengingat kebaikannya." Kemudian memang tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, meski dalam penciptaannya manusia nampak sempurna dari makhluk ciptaan-Nya.

Mudah-mudahan kita sepakat katak dalam tempurung bertransformasi menjadi katak dalam mbah google. Nah, bagaimana pendapat anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun