Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Segar

Strategi Berpuasa Ramadhan Bagi Orang Dengan Epilepsi

26 Mei 2018   14:37 Diperbarui: 26 Mei 2018   16:44 1198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Strategi Berpuasa Ramadhan Bagi Orang Dengan Epilepsi (dokpri/pipot)

Dalam menjalankan ibadah rukun islam yaitu puasa di bulan ramadhan tentu sesuatu hal yang sangat berat bagi orang dengan  epilepsi (ODE) mereka harus memiliki ekstra nyawa dan strategi tersendiri dari pada orang normal kebanyakan, meski demikian hanya Alloh SWT yang mempunyai hak prerogatif, akan diapakan hamba ciptaan-NYA ini. Pasalnya selain harus terbangun tengah malam untuk sahur, merekapun harus mengatur jadwal minum obat anti epilepsi (OAE).

Tantangan terberat lainnya dari kaum "minoritas" ini adalah selain konsumsi obat juga harus ekstra menahan lapar selama tiga belas jam lamanya, sungguh jihad yang luar biasa, dibandingkan dengan orang normal kebanyakan.

Saking langkanya beberapa jenis obat anti epilepsi, Pemerintah, khususnya Kementerian Kesehatan Republik Indonesia lebih serius mensuplai obat bagi penyandang penyakit KANKER dari pada EPILEPSI meskipun keduanya sama-sama penyakit mematikan.

Seperti diungkapkan oleh dokter spesialis syaraf, dr.Irawaty Hawari, SpS. Saat ini berada di bulan Ramadhan, dimana umat Islam di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh. Akan tetapi, bagaimana dengan mereka yang sakit atau terutama pada orang-orang dengan penyakit kronis seperti ODE yang harus minum obat secara rutin, apakah mereka bisa berpuasa?

Seperti kita ketahui bahwa bangkitan pada epilepsi terjadi akibat adanya cetusan listrik yang berlebihan/abnormal di otak, sehingga mengakibatkan kejang atau bentuk lain seperti perubahan tingkah laku, perubahan kesadaran, dan perubahan lain yang hilang timbul baik yang terasa atau yang terlihat, bukan kesurupan atau kesambet. Untuk mengendalikan aktifitas abnormal tadi, ODE diharuskan untuk minum obat anti epilepsi (OAE) secara teratur.

Pada hakekatnya, agama Islam menyuruh kita berpuasa tidak hanya sekedar menjalankan kewajiban ibadah saja, karena ternyata banyak manfaatnya. Dari berbagai penelitian dikatakan, bahwa saat berpuasa terjadi proses pengeluaran racun dan zat kimia dari organ-organ tubuh kita, berpuasa juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh, serta puasa yang dilakukan secara teratur dapat memperpanjang usia.

Kembali pada Orang Dengan Epilepsi (ODE) apakah ia sanggup untuk berpuasa? Bila ODE yang masih dalam proses pengaturan obat dan masih mengalami bangkitan, maka disarankan untuk tidak berpuasa. Begitu pula pada ODE yang mengkonsumsi beberapa jenis Obat Anti Epilepsi (OAE). Akan tetapi bila serangan sudah teratasi atau bisa terkontrol, maka OAE bisa secara perlahan diatur/dirubah waktu meminumnya. 

Misalnya si Fulan biasa minum Kutoin/phinobarbital dan Vitamin B6 rutin 2 x sehari pada jam 07.25 Wita dan jam 19.25 Wita, maka Fulan dapat menukar waktu minum obatnya, sehingga bisa diminum saat sahur dan setelah berbuka puasa. Fulan juga meminum obat Clobazam takaran sebelum tidur, jadi meskipun frekuensi minum obat berkurang, tapi dosis perhari tetap.

Saat ini memang ada beberapa obat anti epilepsi yang cukup diminum satu kali sehari saja, tapi bukan berarti saat puasa kita boleh langsung mengganti obat dengan dosis 1 x sehari. Kita juga tidak boleh menurunkan dosis atau menghentikan obat secara mendadak karena akan berakibat fatal.

Pada beberapa penelitian di luar negeri memang banyak yang tidak menganjurkan penyandang epilepsi untuk berpuasa karena dikhawatirkan kondisi lapar (kurang kadar gula darah/ hipoglikemia) akan memunculkan serangan kejangnya, demikian juga dengan waktu tidur yang kurang. Akan tetapi ternyata yang berpengaruh adalah karena siklus bangun-tidur yang berkali-kali.

Misalnya bangun sahur terlalu dini, sehingga setelah sahur, kemudian tidur lagi, sehingga saat beraktivitas keesokan harinya jadi terganggu karena mengantuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun