Belum genap satu bulan memasuki tahun 2018, kembali tersiar kabar miris, seorang balita berusia 14 bulan menjadi korban cekcok rumah tangga suami dan istri  di Kabupaten Cirebon. Pelakunya tidak lain adalah ayah kandungnya sendiri, usai meminumkan susu bercampur racun tikus yang menyebabkan balita tidak berdosa itu meninggal dunia pada Sabtu (06/01/2018).
Pelaku nekat bunuh diri bersama anak semata wayangnya yang masih berusia 14 bulan dengan menenggak racun tikus. Peristiwa memilukan dipicu sang suami cekcok dengan istri yang bekerja di luar kota. Suami berinisial TA (27) mengancam akan melakukan bunuh diri bersama anak semata wayangnya apabila istrinya tidak segera pulang kampung halaman.
Permintaan suami, tidak digubris istrinya, akhirnya pelaku diduga depresi, kalap dan membuktikan ancamannya tersebut dengan mencampurkan racun tikus ke dalam susu untuk kemudian diminumkan ke bayi mereka. Pelaku merupakan warga Desa Babakan Losari, Kecamatan Pabedilan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Usai menenggak susu beracun tadi, korban mengalami muntah dan sempat tak sadarkan diri. Sementara, sang ayah juga tak sadarkan diri setelah menenggak air putih bercampur racun pembasmi tikus. Kaisar Alfikar, bayi berusia 14 bulan asal desa Babakan Losari, Kecamatan Pabedilan, Kabupaten Cirebon sempat dilarikan ke Rumah Sakit Waled untuk menjalani perawatan intensif di instalasi gawat darurat, nahas bayi tidak tidak berdosa itu keburu meregang nyawa, Sabtu Malam.
Sedangkan pelaku TA selamat, meski sempat tak sadarkan diri, Sabtu 6 Januari 2018. Miris, membaca berita ini, orang tua yang berselisih paham, terlebih berlatar belakang ekonomi, anak selalu menjadi objek kekerasan orang tua. Sungguh tragis, nasib bayi tidak berdosa itu.
Orang tua seharusnya menjadi pengayom bagi anak-anak dan istrinya. Keberadaan perangkat desa setempat rupanya belum mampu menghentikan epos kejahatan terhadap anak. Sehingga segala perilaku-perilaku diluar akal sehat, luput dari pantauan perangkat dan tetangga sekitar lingkungannya.
Toh, tidak ada salahnya, ketua RT dan RW sepekan sekali keliling kampung untuk melihat kondisi warganya, bahkan jika perlu mengulurkan tangan ala kadarnya untuk kebutuhan sehari-hari, kan semua itu pasti sudah dianggarkan. Dari berita ini yang menjadi korban adalah anak sendiri.
Makassar, 8 Januari 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H