Ditengah carut marutnya persaingan bisnis konvensional dan online di Provinsi Sulawesi Selatan. Sulawesi Selatan rupanya menyimpan berbagai cerita rakyat yang melegenda. Sejak hari pertama saya menginjakkan kaki di Kabupaten Soppeng, berbagai rasa penasaran bergejolak di dalam benak. Watansoppeng merupakan bagian wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, jarak dari usat Kota Makassar kurang lebih 150 kilometer, sebelah utara Provinsi Sulawesi Selatan.
Soppeng dikenal kota kalong, keberadaan koloni ribuan kalong di Watansoppeng menurut penuturan warga yang saya jumpai diketahui sejak ratusan tahun silam. Keberadaannya tak lekang ditelan perubahan zaman.
Ketakjuban saya akan  Kabupaten Soppeng belum selesai, maka setelah mengikuti kegiatan dari kantor yang terbayang adalah cerita sejarah koloni keberadaan kalong (kelelawar) di Kabupaten Soppeng. Keberadaan hewan nokturnal yang bergelantungan di atas pohon di sejumlah tempat di Kabupaten Soppeng khususnya di Watansoppeng begitu istimewa.
Demi melestarikan keberadaan endemik kelelawar atau kalong dan pohon asam sejarah, maka dari itu Pemerintah Daerah membuat aturan mainnya. Pemda setempat hanya memangkas tangkai pohon asam yang menjulur ke arah jalan raya saja, selebihnya untuk kelelawar.
Memasuki Kabupaten Soppeng, kita akan dihadapkan dengan aroma khas kelelawar ketika berada dibawah sarang kalong-kalong yang tertidur nyenyak sambil bergelantungan di dahan-dahan pohon asam. Sibuknya aktivitas manusia di siang hari tidak mengusik istirahat hewan nokturnal ini.
Koloni ribuan kalong menyuguhkan pemandangan tersendiri bila menjelang malam. Ketika ribuan kelelawar itu serempak meninggalkan dahan pohon asam, beterbangan mengatapi langit Watansoppeng yang diapit bukit-bukit nan eksotis.
Sangat disayangkan, dikarenakan jadwal perjalanan begitu mepet, Â saya tidak bisa menyaksikan fenomena kalong beterbangan diatas langit ketika menjelang petang. Koloni terbangun dari tidur panjangnya dan siap terbang mencari makanan ke berbagai penjuru. Ibarat ratusan pasukan perang menuju medan perang, kalong-kalong begerak bebas meninggalkan kerajaannya sembari mengeluarkan suara gemuruh menghias langit kota Soppeng.
Cerita lain menyeruak ke permukaan, bagi mereka yang belum dapat jodoh, apabila terkena kotoran kalong, dipercaya bisa menjadi tanda akan dapat jodoh dari kota soppeng atau menjadi penduduk tetap Soppeng. Masyarakat percaya mitos tersebut karena banyaknya peristiwa yang telah terbukti. Bagaimanapun peristiwanya, rezeki, jodoh dan maut adalah ketentuan Allah SWT. Kehadiran kelelawar yang banyak memberikan isyarat terkadang menjadi pembicaraan khusus lantaran kebenaran ramalannya. Tentu saja hal ini tergantung pada keyakinan individunya.
Pagi hari menjelang fajar, kalong-kalong akan kembali beristirahat diperaduannya di ranting-ranting pohon asam yang telah dijadikan tempat tinggalnya. Kisah kehadiran kalong-kalong di kota Soppeng menimbulkan ragam cerita. Mulai dari yang bersifat magis sampai yang berbau mistis. Namun, semua menambah khazanah keunikan Kabupaten Soppeng yang tidak dimiliki Kabupaten lain.
Bagi masyarakat Soppeng, kehadiran kalong-kalong ini menjadi endemik tersendiri sekaligus sebagai penjaga kota. Selain sebagai penjaga, kalong-kalong ini menjadi pengirim pesan tersirat tentang kemungkinan hal-hal yang akan terjadi dengan segala hukumannya.