Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Warga Negara Asgardia, Berminat?

31 Juli 2017   07:57 Diperbarui: 31 Juli 2017   09:24 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tawaran menggiurkan datang dari Ilmuwan asal Rusia Igor Ashurbbeyli. Dalam proposalnya akan menciptakan konsep tempat tinggal diluar angkasa yang diberi nama Asgardia. Meski baru konsep, anehnya negara tersebut diburu banyak orang. Ada apa dengan penduduk bumi ini, begitu mendengar sesuatu hal yang tidak masuk nalar sebagai manusia diburu banyak orang?

Apapun maksud dan tujuan menluncurkan konsep membangun negara di luar angkasa yang diberi nama Asgardia, itu tandanya manusia mulai berfikiran maju ke dalam kehidupan yang jauh lebih moderen. Kesampingkan dulu asal-usul ilmuwan. Keberadaan Asgardia tentu menuai pro dan kontra, bahkan dikatakan mengada-ngada dan hoax. Bayangkan saja untuk membangun sebuah kompleks perumahan dibutuhkan puluhan kubik bahan material, lalu ini untuk membangun sebuah negara diluar angkasa, tentu membutuhkan jutaan kubik material diangku ke luar angkasa. Apakah kita pernah mendengar, melihat atau membaca crew pesawat ruang angkasa mengorbit ke angkasa membawa semen, pasir, batu bata, batu kerikil, besi beserta tukang-tukangnya? Tentu tidak, yang jelas astronot ke angkasa hanya memeriksa satelit sampai penggantian alat kemudian kembali ke bumi, selebihnya dipantau dari bumi melalui jejaring komputer yang terkoneksi dengan satelit.  

Wacana tersebut juga sangat melampaui batas kewajaran manusia dengan mengiming-imingi warganya terhidar dari kiamat. Bukankah kemanapun kita pergi untuk menyelamatkan diri sendiri dari kematian tidak akan mampu. Cukup aneh apabila masih ada yang percaya dengan wacana negara Asgardia. Pada dasarnya itu hanya ilmu pengetahuan atau sains. Alah SWT sudah memberi garansi, misteri alam gaib tidak akan terkuak dengan kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia. Wallahu 'alam bishowaf.

Sejatinya jangan mudah terhasut sesuatu yang sifatnya belum pasti. Cukup mengagetkan jika masih ada yang terpengaruh atau sekedar ikut-ikutan. Sejak pendaftaran dibuka, sudah setengah juta penduduk bumi yang mendaftar menjadi warga Asgardia. Dua ratus tujuh puluh ribu penduduk bumi dikabarkan mendaftarkan diri. Tak ubahnya musim Haji, warga negara indonesia turut memgang porsi besar dalam pendaftaran Asgardian sebutan untuk warga negara Asgardia. Dilansir liputan 6 mewartakan diungkap laman resmi Asgardia, Kamis 27 Juli 2017 terdapat 5.978 (lima ribu sembilan ratus tujuh puluh delapan) warga indonesia mendaftarkan diri menjadi Asgardian.  Tersebar di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Denpasar, Yogjakarta, Bekasi, Banjarmasin, Makassar, Gorontalo dan kota-kota lain di pulau Jawa, Sumatera  dan Kalimantan. Mengacu pada laman web Asgardia ada 855 orang dari Jakarta, 343 orang dari Bandung, Surabaya 248 orang, Tangerang 240 orang, Bekasi 231 orang. Wow!! Meski baru konsep seorang ilmuwan asal Rusia, jumlah tersebut sangat fantastis untuk menjadi warga negara Asgardia.

Mengingat sumpek dan parahnya tingkat pencemaran di Bumi tempat kita bernaung saat ini, setidaknya tawaran ilmuwan asal Rusia untuk menjadi warga negara Argadia cukup menggiurkan. Berminat?

Makassar, 31 Juli 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun