Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gara-gara Cinta Segitiga Paman Tega Bantai Keponakan Sendiri

20 Juni 2017   13:58 Diperbarui: 24 Juni 2017   08:05 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan suci ramadhan tidak juga mengurungkan niat seseorang melakukan aksi kejahatan. Sangat mengerikan tinggal di negara Indonesia yang katanya negara 'Pancasila' keselamatan nyawa seorang anak perempuan masih menjadi tanda tanya besar.

Tidak hanya kekerasan fisik, penyebaran isu melaui media sosial (hoax, hate speech dan provocation) masih terjadi padahal bangsa Indonesia baru saja kita rame-rame "mendadak" Pancasilais, faktanya pancasialis itu berprilaku bengis. Wallahu 'alam bishowaf.

Aqlak orang seperti ini membuat malaikat bingung mencatat amalan baik dan buruk, sholat rajin maksiat jalan terus, membaca Al qur'an mau akan tetapi memfitnah orang hoby. Secara analogi perilaku JY yang tega menghabisi nyawa keponakannya sendiri tidak memiliki karakter manusiawi, dengan kata lain sama dengan nama-nama binatang. Bahkan Allah SWT secara tegas dalam sebuah surah mampu merubah wujud dari pada bangsa Yahudi menjadi bentuk kera dan babi, ini adalah sindiran bagi kita bahwa ketika manusia semakin menjauhkan diri dari Allah SWT, ditegaskan lebih rendah dari sifat binatang. Rasulollah SAW telah mengisyaratkan jauh-jauh hari bahwa kelak di akhir jaman orang islam begitu banyak namun seperti buih ditengah lautan tetapi kosong dengan makna atau aklaq islami.  

Wanita sekarang sudah seharusnya berterimakasih kepada Rasululloh SAW. Sebelum Rasul datang nasib perempuan begitu menyedihkan, dilecehkan, harganya murah. Coba kita tarik sejarah islam pada jaman jahiliyah/kebodohan wanita dilahirkan hanya untuk melahirkan, alat pemuas nafsu semata, andaipun berperan hanya sebatas dapur, sumur, kasur.  Tidak hanya di negara Arab sana, di Jawa raja-raja sebelum kenal islam seenaknya mengumpulkan perempuan untuk dijadikan selir jumlahnya tidak sedikit 30-50 orang perempuan, sultan-sultan di Turki memelihara ratusan orang perempuan, Kaisar terakhir Dinasti Ming di China membangun istana dengan seribu kamar sama artinya memiliki seribu Istri. Innalillahi.  

Setelah Rasul datang wanita begitu diagungkan tidak diperkenankan diperlakukan seperti budak. Perempuan itu tiang negara kalau baik perempuan baik pula negara, sebaliknya rusak perempuan hancur negara. Waktu ditanya, ya Rasul siapa yang harus paling ditaati di dunia. Rasul menjawab, "ibumu, ibumu, ibumu, kemudian bapakmu."  Betapa mulianya perempuan dimata Rasululloh SAW, hingga perempuan tiga kali disebut kemudian satu kali bapak.

Jika dicermati kisah diatas betapa mulianya akhlak Rasul, akan tetapi jaman serba canggih sekarang ini umatnya malah tersesat hingga berbuat keji terhadap anak perempuan berusia tiga tahun, yang tidak lain keponakannya sendiri. Bocah malang tersebut berinisial SA (3). Dia begitu tega melakukan pembunuh terhadap keponakannya lantaran dendam kesumat. Cinta segitiga, antara kakak, adik dan mantan kekasih yang dinikahi adik kandung pelaku. Kasih tak sampai Jaya (30) membuatnya sakit hati kepada adiknya yang tidak lain ayah korban, karena menikah dengan wanita yang dicintainya (ibu korban). Pelaku menculik korban dan membawanya ke sebuah persawahan di wilayah Rancabungur, Kabupaten Bogor, SA (3) diperkosa terlebih dahulu sebelum dibantai.

Bocah malang itu tewas secara menyedihkan, dicekik lehernya lalu dipukul. Pelaku juga sempat membenamkan korban ke dalam lumpur. Perbuatan sadis paman sempat dipergoki salah satu warga ketika berada di sawah. Namun, saat warga kembali ke lokasi, pelaku dan korban sudah tidak ada. Setelah dikabarkan menghilang beberapa hari, jasad bocah itu baru ditemukan warga di semak-semak dekat rumahnya pada Rabu (7/6/2017), dengan kondisi telah membusuk.

Pelaku sempat melarikan diri dan bersembunyi di sebuah pesantren. Kebetulan tempatnya melarikan diri itu pernah menjadi tempatnya nyantri. Akhirnya pelaku diringkus pihak Polres Kabupaten Bogor  Jasinga, pada Jumat (9/6/2017). Pelaku pembunuhan berencana terebut dijerat KUHP dan Undang-Undang Perlindungan Anak

Makassar, 20 Juni 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun