Berita duka ini datangnya dari keluarga Adi Makayasa Saputra (7) yang terdaftar sebagai murid SDIT duduk dibangku kelas 2 SDIT Ar-Rahmah, beralamat di Perumahan Dosen Tamalanrea Makassar. Sementara mereka menyeberang jalan bersama ibunya tiba-tiba dari arah Sudiang petepete (angkot) melaju kencang sehingga melindas anak dan ibu hingga menelan korban.
Kronologi terjadinya kecelakaan lalu lintas ketika seorang ibu dan anaknya yang akan menyeberang jalan di depan pusat perbelanjaan sepulang sekolah, tidak jauh dari kampus Universitas Hasanuddin, Tamalanrea, tertabrak pete-pete jurusan Pangkep-Daya bernomor polisi DD 1982 DF yang dikemudikan oleh Mirwansah Nyikko (29), sekitar pukul 14.00 Wita, Senin (28/11/2016).
Korban diketahui bernama Andi Desi Fatmawati dan putranya bernama Adi Makayasa Saputra (7), warga Perum. BPS 1 Blok I/8 nomor. 4 Makassar tidak lain tetangga saya sendiri. Jarak rumah saya dengan rumah korban kira-kira 500 meter. Na’asnya, Adi ikut terseret dibawah kolong pete-pete sejauh 100 meter jaraknya.
Konon tejadinya kecelakaan menurut tetangga saat saya takziah malam pertama (29/11), pete-pete dalam kondisi kosong alias tak berpenumpang karena sudah dicarter. Sehingga melaju ugal-ugalan. Warga yang geram berusaha menghentikan petepete, akan tetapi malah tancap gas, kejar-kejaran antara pengendara dan pelaku tabrak lari tak terhidarkan. Beruntung, puluhan pengendara berhasil menghadang sopir tersebut tepat di pintu satu kampus Universitas Hasanuddin (Unhas). Warga yang kesal kemudian “main hakim” hingga pelaku babak belur.
Kondisi Ibu korban mengalami patah tangan dan luka lebam dibagian kepala, saat ini kritis dirawat di IGD RS Wahidin Sudirohusodo yang tidak jauh dari lokasi kejadian. Sedangkan Adi dalam kejadian ini mengalami patah tulang pada tangan kirinya, kaki kanan, kemudian kepala dan muka luka berat dan tengkorak kepala bagian belakang retak akibat terseret permukaan aspal.
Dilansir Rakyatku.com Adi Makayasa Saputra, siswa kelas 2 SD Ar-Rahmah Tamalanrea, akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya, Selasa (29/11/2016) sekira pukul 04.15. Wita tepat saat azan subuh berkumandang.
Dari musibah diatas sebagai manusia harus bersabar, marah pun percuma sang anak telah tiada, sikap lain melakukan istigfar dan berdoa atas musibah yang dialami agar diganti dengan kenikmatan tiada tara oleh Alloh SWT kelak di akherat.
Meminjam pemikiran Anis Kurniawan kecelakaan lalu lintas ini sebagian kejadian peristiwa kebebalan pengguna kendaraan bermotor yang egois, ingin menang sendiri, mau disebut “raja jalanan”. Setelah kecelakaan tidak serta merta pengemudi ugal-ugalan ini bisa disalahkan, karena peristiwa serupa sering terjadi di tanah air ini, bagi yang tidak taat aturan. Dimana tanpa sadar kita hidup di dunia ini tidak lama, semua akan mati akan tetapi kematian itu tidak tahu kapan datangnya, bisa hari ini, besok, lusa, bulan ini dan sebagainya pasti ada masanya.
Justru banyak orang melakukan ugal-ugalan di jalan raya, seolah-olah lupa padahal peristiwa serupa baru saja terjadi, dan angka kecelakaan lalulintas tetap saja tinggi, lagi-lagi korbannya adalah pejalan kaki, termasuk penyeberang jalan.
Masih kata Anis, “Di jalan raya, orang-orang yang melanggar rambu-rambu lalulintas seenaknya, dari yang mealwan arus, parkir sembarangan, hingga yang kebut-kebutan/ugal-ugalan. Di negeri ini, “melanggar aturan” memang sudah menjadi sebuah budaya, justru ditengah upaya keras negara mengkampanyekan diri sebagai negara hukum,”