Sumber: Gambar
By: Adi Pujakesuma
Aku bukan musuh dalam selimut
Memang itu kuhindari
Kawan...
Kali ini....
Ku baca pesan indah itu penuh amarah, emosional, menohok tidak seperti biasanya
Selalu....
Manis, romantis seperti film india
Kali ini....
Menyisih seperti biasa, menyatukan skeptis dan apatis
Sadis.....
Seperti ninja dari jepang
Kali ini.....
Aku belajar banyak tapi tak hendak
Mungkin lusa atau sepekan lagi kan ku beli kain kafan itu dengan sengalan nafas yang terkurung pada kesunyian pertiga malam atau mungkin tidak jadi
Kawan.........
Kau lelaki gesit
Kulihat melalui pantulan cahaya mentari esok hari
Fajar yang kemudian muncul dibalik jendela berkilau menghangatkan pagi...
Bodohnya aku waktu itu
Tidak belajar kata-kata puitis tanpa diksi
Kubiarkan multi tafsir menghampiri agar jatuh dalam genggamanku, sebelum serpihan itu melukai ku bagai film enemy bihind line......
Kawan........
Kamu tidaklah sempurna, sungguh begitu juga diriku
Kita hanyalah manusia biasa
Jangan pernah lupa diatas langit masih ada langit
Dunia ini fana......
Wahai.......
Sastrawan muda, tampan nan menawan
Puisi puitismu cerminan pantulan kesahajaan
Potret penyair yang aku segani
Aku hanya tahu namanya
Kubiarkan mengalir seperti air
Dari air kembali ke air
Begitu enggan ku lawan
Mengingatkanku sosok bijaksana
Sang nabi....
Makassar, 11 Januari 2016
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H