Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Teror!!! Aktivis Lingkungan Keluarga “Kancil” Belum Usai

3 November 2015   20:51 Diperbarui: 4 November 2015   09:58 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teror mengerikan ini buntut dari tertangkapnya “aktor intelektual” dibalik peristiwa “65” tewasnya kancil. Perisitiwa ini bak pepatah “sepandai-pandai kancil melompat, keluarganya di teror juga.”

Teror warga desa selok awar-awar dampak tertangkapnya pembantai aktivis lingkungan hidup anti tambang liar. Warga mengenali pelaku teror adalah Azis salah satu tersangka pembantai Salim Kancil. Dalam kasus pembunuhan dan penganiayaan, penegakan hukum memang sudah berjalan namun belum ada jaminan sepenuhnya terhadap keluarga aktivis lingkungan, puluhan orang sudah ditetapkan sebagai tersangka dan mereka sedang menjalani proses hukum, mendapati teror dari adik pembunuh kancil. Polisi lalu menjaga rumah aktivis anti tambang liar Abdul Hamid di desa Selok Awar-Awar Lumajang Jawa Timur. Dan pelakunya telah di tangkap aparat sejumlah polisi menjaga rumah abdul hamid aktivis lingkungan hidup yang lolos dari aksi pembantaian di desa Selok Awar-Awar kec. Pasiran Lumajang Jawa Timur.

Penjagaan dilakukan, menyusul adanya aksi teror serta pengerusakan rumah yang dilakukan adik tersangka pembunuh Salim Kancil yang bernama Irwan Taufik Yulianto, tidak lain dan tidak bukan merupakan adik dari "aktor intelektual" dibalik tragedi tambang pasir liar atas lenyapnya nyawa seseorang. Sementara Irwan sendiri sudah menjalani hukuman di Mapolres Lumajang.

Abdul Hamid tidak menyangka menjadi sasaran ”empuk” teror. Pada polisi Abdul meminta agar mereka juga menjaga rumah temannya sesama aktivis. Polres Jatim menggelar olah Tempat Kejadian Perkara (TKP), hasilnya polisi mendapatkan informasi bahwa ada kemiripan yang dipergoki anggota Polres sesaat setelah terjadi pengrusakan. Polisi lalu berhasil menangkap Irwan di salah satu rumah warga.

Konflik antar warga dipicu penambangan pasir liar di Lumajang Jatim, memicu pembantaian dua orang aktivis. Dalam kasus tersebut polisi menetapkan 34 (tiga puluh empat) orang tersangka, serta tiga orang "oknum" polisi yang dinyatakan membekingi pelaku pembunuhan.

Dua orang aktivis penolak tambang di bantai puluhan orang secara membabi buta, akibatnya Salim Kancil tewas dengan kondisi yang mengenaskan, sedangkan Tosan terluka parah, pembantai aktivis itu menjadi perhatian semua pihak karena dilakukan secara sadis, terbuka, dan terencana. Bahkan sejumlah anak menyaksikan dengan mata dan kepala secara langsung yang dipicu oleh konflik tambang pasir ilegal.

Peristiwa ini di kisahkan karena sebelum terjadi pembantaian korban sudah meminta bantuan polisi. Fenomena seperti puncak gunung ES, sewaktu-waktu meleleh tak sanggup membendung kejamnya intimidasi dari kapitalis lokal. Ada apa dengan kebebalan negeri ini? atau ada apa-apanya dengan kekebalan pelaku teror.

Sementara dendam kesumat bagian riak-riak kecil dunia birokrat dalam "membangun" revolusi mental. rupanya jargon itu tidak sepenuhnya di realisasikan. Buktinya masih ada saja "persengkokolan" di tempat kerja. Negara ini milik pemerintah, atau pemerintah milik keluarga "dinasti" tertentu. Inikah yang dinamakan dendam teror tanpa jilid menimpa Aktivis Lingkungan keluarga Salim, Abd. Hamid dan Tosan, pertanyaan mendasar, kok keluarga KADES yang terhormat dijadikan contoh di Kampung, tega berbuat rendah tak bermoral. Mana Revolusi Mentalnya??? Mental Tempe!!! prreetttt

Makassar, 3 November 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun