Sungguh!!! mencengangkan kala mendapati berita bahwa gunung lawu begitu di elu-elukan masyarakat Jawa Timur dan Jawa Tengah terbakar Si Jago Merah. Semasa saya menempa ilmu di Ngawi, baru kali ini tersiar kabar gunung lawu terbakar. Lawu sendiri merupakan tipe gunung merapi tidak aktif sehingga aman dijadikan ajang pendakia
Kebakaran hutan dan lahan menelan korban jiwa seperti kejadian di Gunung Lawu. Sungguh!!! hal ini begitu memilukan, mengapa dikatakan demikian karena saya sebagian dari cah Ngawi biasa mendakki gunung tersebut. Delapan tahun adalah waktu cukup lama untuk melupakan Ngawi, suka duka hingga cinta sempat tertambat di sana.
Sejak Sekolah Dasar hingga tamat Sekolah Menengah Pertama, hingga pertengahan Sekolah Menengah Atas bersama ke tiga adik saya hidup di kota tersebut, bahkan nyaris menjadi “bangkai terminal” pun di kota Ngawi. Selain faktor orang tua berasal dari sana, sampai saat ini saya rindu dan ingin sekali berkunjung ke Ngawi. Sekaligus menjenguk orang tua, rindu sama kuliner khas dan keramahan masyarakat Ngawi.
Mengulik nama Ngawi diambil dari bahasa sansekerta “awi” yang berarti bambu, yang selanjutnya mendapat tambahan huruf sengau “ng” menjadi “Ngawi”.
Kota kecil nan indah begitu memoriable meski saat ini dedaunan-padang ilalalang ditangkai mulai meranggas terhembus angin dipadang gersang, tandus terbakar hangus.
Bagiku, Ngawi suatu kota tak terlupakan, ibaratnya kontrak mati, jiwa boleh ke mana-mana tapi roh tetap tertuju ke Ngawi. Harapan, cita-cita dan cinta tumbuh dan gugur di kota ini.
Gunung lawu terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Gunung ini adalah gunung api yang sudah tidak aktif jadi aman untuk mendaki. Sekedar intermezo buat kalangan pendaki “pemula”, selain mistis untuk mendaki gunung ini lebih baik diam, atau berdo’a sebelum mendaki, kapan kita keceplosan bilang “ah..masih jauh amat sih” maka serasa lama menuju puncak gunung lawu, itu yang saya alami bersama teman. Karena dia cerewet berkata “adoh men to = jauh amat sih” maka rombongan kita di dahului oleh rombongan yang belakangan naik. Dalam ilmu kejawen mitos ini cukup populer. Wallahu a’lam bish showab.
Selain pendakian, hingga sekarang gunung lawu masih dianggap sebagai tempat mistis dan sering jadi tempat sentral segala macam ritual spiritual? Hal itu karena konon disana ada “penjaganya” ada mahluk gaibnya. Setiap malam tanggal 1 (satu) syuro sesak di padati pendaki yang hendak menikmati keindahan alam, tak sedikit pula melakukan “ritual” di tempat tersebut karena banyak hal mistis terjadi di sana. Mungkin banyak belum tahu bila sebelum bernama Gunung Lawu, gunung yang termasuk dalam Tujuh Puncak Pulau Jawa (Seven Summits of Java) ini dahulu bernama Wukir Mahendra. Gunung Lawu menyimpan seribu misteri.
Sepertinya “keperawanan” gunung lawu mulai terkoyak oleh kecerobohan pendakinya sendiri. Penyebab dari kebakaran hutan dan lahan. Sisa pembakaran api unggun belum mati secara sempurna, sehingga menyisakan bara keharuan.
Musim kemarau yang panjang kali ini, sensitifitas hembusan angin, memungkinkan sekali percikan “bara” menjadi lautan api bukan asmara, sehingga padang ilalang dengan mudah tersulut. Maka terjadilah kebakaran hutan dan lahan dahsyat, memakan korban jiwa berjatuhan, rerintihan sedih teramat perih.
Semasa mengenyam bangku sekolah tentu tidak asing dengan pepatah “api kecil jadi sahabat, api besar jadi penjahat” kira-kira seperti inilah kasus Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Gunung Lawu.