Mohon tunggu...
Pipit Pito
Pipit Pito Mohon Tunggu... -

Hanya ingin belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Palsu

2 Mei 2011   06:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:10 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Beberapa kali saya melihat salah satu reality show di TV. Acara tersebut adalah suatu kompetisi di mana para pesertanya tinggal di dalam satu rumah selama entah berapa bulan (saya lupa). Mereka tidak akan terhubung dengan dunia luar hingga kompetisi berakhir atau setidaknya mereka keluar dari kompetisi tersebut berdasarkan poling SMS. Hal yang membuat saya berpikir adalah ketika beberapa orang mengeluhkan jika teman-temannya dalam kompetisi tersebut adalah “muka palsu”.

Bukankah kita juga sering memasang “muka palsu” di kehidupan kita? Tanyakan dulu pada diri sendiri mengapa kita memakai “muka palsu”, mungkin alasan orang lain menggunakan “muka palsu” tersebut sama dengan alasan kita. Jelas saja mereka melakukan hal tersebut karena mereka berhadapan dengan orang yang belum mereka kenal. Mereka berhak menyembunyikan identitas tertentu dari diri mereka terhadap “orang asing”. Apalagi mereka tahu bahwa acara tersebut ditonton oleh orang-orang di Indonesia. “Muka palsu” tidak selalu bermakna negatif bagi saya. Misalnya saja seseorang berkata “terima kasih” karena bantuan seorang teman, padahal sebenarnya bantuan tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan. Orang tersebut ingin protes, tetapi itu berarti tidak menghargai tenaga, waktu, pikiran, dan bahkan uang dari temannya yang sudah mau membantunya. Seseorang akan pura-pura tertawa untuk menghargai temannya yang telah susah payah melemparkan lelucon untuk menghiburnya. Seorang anak tidak akan menceritakan bahwa dirinya berasal dari keluarga broken home kepada orang yang baru dikenalnya selama seminggu untuk mejaga nama baik keluarganya. Mungkin di reality show tersebut yang dimaksud dengan “muka palsu” adalah untuk play safe agar dianggap baik oleh penonton sehingga tidak tersingkir dari acara tersebut. Oh, c’mon, namaya juga persaingan dalam permainan. Kesan sangatlah penting. Atau mungkin yang dimaksud “muka palsu” adalah menjilat? Oh, yeah, saya juga tidak suka dengan yang satu ini. Jilat menjilat. Tapi mungkin tanpa disadari, saya juga pernah melakukannya. Haha…

Gambar di ambil di sini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun