Hari ini pelajaran menjadi sangat membosankan. Rasanya ingin tidur dan malas-malasan saja. Apalagi gurunya killer-killer dan yang paling parah, aku lupa membawa tempat pensilku beserta isinya. Entah mungkin karma tadi malam begadang nonton film atau karena masih terbawa serunya film Harry Potter ??? entahlah yang jelas aku malas mengikuti pelajaran hari ini.
Untung saja hari ini pulang pagi, karena guru-gurunya sedang rapat dinas. Aku segera mengemasi buku-bukuku dan dengan cepat pergi meninggalkan kelas. Pulang sendiri. Sama sapa lagi. Teman-temanku pulang bersama pacarnya masing-masing. Sedangkan akubelum punya pacar.
Tiba-tiba di depan gerbang sekolah ada yang memanggilku,
“Ra, Rara! Nih pensilmu jatuh!” seorang cowok menghampiriku dengan terengah-engah sambil menyodorkan sebuah pensil. Badanya tinggi kira-kira 175 cm, kulitnya putih, rambutnya cepak hitam, matanya berwarna kecoklatan. Aku sepertinya pernah melihat cowok ini sebelumnya, tapi dimana ya.....???????.sepertinya dia sangat mengenalku. Dengan caranya memanggil namaku. Tak banyak orang yang memanggilku Rara, kecuali keluarga dan sahabatku. Namaku sebenarnya Ebinora Suhardja. Kebanyakan ornag yang memanggilku Ebi. Rara adalah panggilan masa kacilku.
Bagaimana bisa dia memanggilku Rara??? Eit......sebentar dia tadi bilang pensil? Maksudnya?
Pensil? Bukankah pensilku tertinggal di rumah? Atau aku yang lupa dan masih linglung? Ah tidak mungkin, jelas-jelas tadi sudah ku keluarkan semua isi tasku untuk mencari tempat pensilku tapi tetap saja tak ketemu. Aku jadi penasaran,” mana lihat!” aku mengambil pensil itu dan memeriksa tandanya. Maklum semua alat-alat sekolahku selalu aku beri tanda. Biar tidak tertukar dengan teman dan jika ada yang mengambil bisa ketahuan.
Di pensil itu tidak tertulis namaku. Malah yang ku temukan tulisan yang berbunyi,” I LOVE U !?!? ini bukan pensilku!” kataku sambil mengembalikanya.
“ Tapi ini punyamu!” ujar cowok itu sambil memandangku tanpa berkedip.
“ punyaku?ngaco kamu, tempat pensilku aja ketinggalan dan di pensil ini tidak ada tulisan namaku. Lalu bagaiman bisa pensil ini punyaku?” tanyaku heran dan tidak mengerti.
“ ya pensil ini kuberikan untukmu!” jawab cowok itu.
“ maksudnya ?” tanyaku makin heran.
“ Ya aku suka sama kamu. Sudaha lama aku mencarimu dan akhirnya ku temukan kamu disini. Dan disini aku mau bertanya padamu. Mau gak kamu jadi pacar aku?” katanya sungguh-sunggguh.
Aku kaget, tak percaya dan ada rasa sedikit senang dengan semua ini. Ini bukan mimpi kan? Tapi aku tak kenal cowok ini. “Kamu siapa? Aku tak kenal kamu. Tau aku dari mana?” ujarku dengan dada berdebar- debar kencang, sanggat kencang.
“Oh kamu belum kenal aku? Maklum aku anak pindahan baru. Kelasku di IPA3 tapi dalam kehidupanmu aku bukanlah orang baru lho?” jawabnya dengan penuh rahasia.
“ Siapa?”
“ kamu benar-benar gak ingat ya sama aku?”
“ maaf tapi benar aku gak ingat, tapi sepertinya aku pernah lihat kamu sebelumnya.”
“ ok. Mungkin aku harus memberimu sebuah kunci agar kamu bisa mengingatku.”
“ memang seharusnya begitu kan?”
“ kamu .......masih saja seperti dulu....
Dan dia memulai ceritanya........
Dia pernah satu sekolah denganku.......bahkan satu bangku.....tapi dia gak lama sekolah ditempat itu karena harus pindah mengikuti orang tuanya. Dan dia bilang bahwa jepit rambut yang sedang aku pakai adalah pemberianya......
What????????? Aku serasa tak percaya dengan pendengaranku......apa benar cowok yang ada di depanku ini Bagas? Surya Bagaskara???? Benar-benar dia????
“ Bagas…”
“ Ya “
“ kamu benar-benar bagas? Teman sebangku ku waktu SD dulu? Si anak nakal tapi baik hati padaku?”
“ ya Ra benar.”
“ eh tunggu dulu......bukanya kamu sudah pindah sejak 2 bulan yang lalu? Tapi kenapa kamu baru sekarang nyamperin aku??”
“ eh maaf Ra......aku belum siap lagipula aku pingin buat kejutan buat kamu. Aku pingin lihat kamu dulu dari jauh........aku ingin memuaskan kerinduanku pada semua tingkah lucumu dan semangatmu.”
“ oh gitu?? Trus kamu gaktau kan klo aku sebenarnya sangat rindu sama kamu?”
“ Ra? Kamu juga rindu sama aku?”
“ ah......ngoming apa aku tadi? Enggak kok, biyasa aja tuch.”
“ alah jangan gitu dong, jujur ja sama aku. Aku bakal ngehargain kamu kok. Dan Ra.....bisa jawab pertanyaanku yang tadi sekarang ??”
“ Yang mana?”
Dia menyodorkan lagi pensil itu padaku.......aku bingung. Sebenarnya kau memang suka dia, tapi ini begitu tiba-tiba.
Aku kembali teringat masa lalu dimana saat itu aku masih sangt lugu. Kami sama-sama duduk dibangku kelas 3 SD. Semua anak membenci Bagas karena tingkahnya yang nakal, dia selalu saja membuat kekacauan dan membuat semua anak dikelas menangis. Sampai bu guru kualahan untuk mengatasi tingkahnya.
Namun aku merasa dia sangat baik, Bagas selalu meminjamiku pensil jika kebetulan pensilku patah dan merautkanya. Memberikan sebagian bekalnya untukku ketika bekal yang dibawakan ibuku tak aku sukai. Membelikanku ice krim ketika sama-sama menunggu jemputan saat pulang sekolah.
Menurutku dia tak seperti yang dikatakan teman-teman, bagiku dia adalah pahlawan atas kesepianku. Semua orang menjauhiku karena mereka pikir aku ini anak yang aneh karena suka melamun dan berkhayal.
“ Ra..” Bagas membuyarkan lamunanku tenntang masa lalu. “ Gimana jawabanya?”
Aku melepas jepit rambutku dan memberikan padanya sambil berkata,” Ini tanda bahwa aku mau jadi pacar kamu.”
“ Makasih.” Saking senengnya dia langsung menggandeng tanganku dan mengajakku pulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H