Mohon tunggu...
Pipit Fiharsi
Pipit Fiharsi Mohon Tunggu... -

Akhir-akhir ini suka menyendiri :)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Masih Jomblo

9 April 2010   16:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:53 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_109486" align="alignleft" width="195" caption="google"][/caption] "Kapan Kawin?" dengan gaya ngiklan teman-teman dari berbagai zaman (Baca: zaman SD, SMP, SMA, sampai Kuliah) selalu menanyakan hal itu ketika bertemu. Dan seperti biasa aku pun menjawab dengan dengan senyun.  "lho koq, dengan senyum sih??" mungkin itu pertanyaan anda. Bagiku menjawab dengan "may.." baik itu berakhir dengan "yes" ataupun "no", adalah ciri jawaban pesimis. Aku yakin kalau saatnya tiba aku pasti akan menikah pada akhirnya. Walaupun aku tidak pernah tahu kapan waktu 'itu' tiba (hei!.. adakah diantara kalian yang tahu kapan kalian ditakdirkan untuk menikah?). "Kapan kawin?" Pertanyaan biasa sebenarnya, namun bila diucapkan pada orang, waktu dan tempat yang tidak tepat pertanyaan itu bisa memerahkan telinga dan memanaskan hati. Kenapa? Hello... itu pertanyaan yang sensitif saudara-saudara karena kawin, menikah tepatnya bukan hanya sekedar keinginan tapi harus benar-benar atas dasar kesiapan. Pernikahan itu bukan untuk sehari dua hari, butuh kesiapan mental. Karena pernikahan dapat menjadi hubungan manusia yang membahagiakan atau sebaliknya pernikahan dapat menjadi hubungan manusia yang paling mengecewakan, penuh konflik sampai membuat anda frustasi.

Ada sisi paradoksal dalam pernikahan, yang dipengaruhi oleh faktor kompleksitas seperti masyarakat, pekerjaan, keluarga, keagamaan, persahabatan, latarbelakang, kebiasaan, dan kepribadian masing-masing individu. Faktor-faktor inilah yang biasanya memacu emosi, sehingga memunculkan sisi paradoks yaitu pernikahan dapat menjadi sebuah sumber kebahagiaan yang besar dan  kesedihan yang mendalam. Sebuah kombinasi dari kekuatan dan kerentanan.

Satu hal lagi cinta saja tak cukup karena akan ada banyak tantangan dan persoalan yang muncul mengusik kehidupan berumah tangga. Untuk itu diperlukan sinergi dari kombinasi dua kepribadian  membentuk team work yang solid. Walaupun memang melakukan sinergi pun tak semudah yang kita bayangkan. Akan ada banyak tantangan dan ujian. Untuk itu harus digali kembali niatan awal kita  menikah untuk apa. Karena menikah bukan sekedar untuk membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah tapi juga mampu totalitas dan bertanggung jawab terhadap pernikahan itu sendiri.

*)setelah ngobrol kesana kemari sesama jombloers.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun