Mohon tunggu...
Pipit Apriani
Pipit Apriani Mohon Tunggu... profesional -

Pemantau pemilu di KIPP Indonesia (Komite Independen Pemantau Pemilu). Blogger : www.forum-democracy.blogspot.com (pemilu) , www.les-bahasa-jerman.blogspot.com (belajar bahasa Jerman), www.merajut-itu-asyik.blogspot.com dan beberapa blog lainnya.\r\nSedang belajar di Pasca Sarjana FISIP UI Ilmu Politik tahun 2013 sampai sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Alternatif untuk Kuliah di Jerman

6 Agustus 2010   06:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:16 3369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jerman adalah negara yang mutu pendidikannya dan lulusannya sudah diakui oleh dunia internasional. Adalah suatu impian bagi orang Indonesia, paling tidak bagi saya untuk bersekolah di sana. Apa daya, kantongnya tidak mampu. Jadi yah, saya cukup kuliah bahasa Jerman saja di IKIP Jakarta deh. IKIP Jakarta sekarang berganti nama menjadi Universitas Negeri Jakarta.

Di Jerman, rakyat termasuk warga asing bisa menikmati pendidikan termasuk universitas tanpa biaya. Saat ini, meski kuliah dikenakan biaya, tetap saja biaya kuliah di sana termasuk rendah. Bahkan jika dibandingkan dengan biaya universitas swasta di Jakarta, biaya sekolah di Jerman tetap lebih rendah.

Yang tinggi adalah biaya hidup di sana. Sekitar Rp 5 juta - 7 juta, tetapi tergantung dari kota dan gaya hidup masing-masing.  Ditambah lagi jaminan uang kurang lebih 7 ribu Euro di Deutsche Bank atau sekitar Rp 120 - 150 juta. Wowww. Ini yang bikin berat orang Indonesia. Tapi sekali lagi dibanding sekolah ke Aussie atau Amerika, sekolah di Jerman jauh lebih murah.

Tapi banyak jalan menuju Roma, eh Jerman. Terutama bagi yang baru lulus SMA atau berusia di bawah 24 tahun. Mereka-mereka ini bisa ikut program Au Pair (dibaca : ow peer). Dulu sewaktu jaman kuliah, saya mau ikut program ini. Tapi karena kurang informasi, jadi tidak berani. Seorang teman kuliah yang ikut, bercerita tentang asyiknya ikut program ini. Dia bisa menjadi mahasiswa tamu di Universitas Muenchen, meski cuma setahun. Begitu punya banyak informasi dan berani, usia sudah melewati ambang batas. Dasar bukan rejeki, yah.

Tapi apa sih AuPair itu? Istilah au pair berasal dari Perancis artinya 'sama, sederajat dengan'.  Dalam program ini, Au pair adalah orang asing yang menjadi asisten rumah tangga, bekerja dan tinggal di sebuah keluarga tamu (Familiengast). Ohhh, TKW dong. Bukan, bukan TKW, kok. Au pair merupakan bagian keluarga tersebut, meskipun hanya temporer, dan bukan sebagai pembantu rumah tangga. Tugas AuPair umumnya mengurus anak (bukan bayi) dan membantu melakukan sejumlah pekerjaan rumah tangga ringan.

Jam kerjanya hanya beberapa jam sehari, biasanya sih mengikuti jam kerja orang tua. Begitu orang tuanya pulang dari kantor, maka tugas Au Pair selesai. Nah, beda kan  dengan TKW atau baby sitter bahkan yang di Indonesia. Au Pair lebih sebagai kakak angkat anak tersebut.

AuPair selain mendapat kamar, makan dan sejumlah uang untuk keperluan pribadi (uang ini tidak bisa disebut gaji),  juga diberi kesempatan untuk kursus bahasa Jerman dengan biaya dari orang tua tamu (Familiengast). Hmmm, asyik kan. Tapi yang lebih asyik lagi, jika keluarga tersebut cocok dan suka dengan AuPair itu, mereka bisa menjadi sponsor  untuk kuliah di Jerman. Ingat uang jaminan yang 7.000 Euro itu.

Nah, sekarang ini banyak yunior saya, bahkan dari kota lain yang ikut program ini. Bermula dari AuPair sekarang mereka sudah kuliah di berbagai perguruan tinggi di Jerman tanpa orang tua mereka perlu mempersiapkan uang ratusan juta rupiah. Jadi, ikut program ini hanya sebagai batu loncatan saja. Cukup investasi waktu satu tahun sebagai Au Pair.

Masih ragu-ragu ? Datanglah ke Kedutaan Jerman, mereka menyediakan informasi tentang hal ini. Ada undang-undangnya juga. Calon AuPair harus memiliki kontrak sebagai AuPair. Tanpa kontrak itu, jangan harap Kedutaan Jerman mau memberikan visa.

Kunjungi : www.pipitapriani.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun