Satu hal yang membuat saya bersemangat menulis sesuai dengan tema ini adalah ketika saya menyadari sepertinya momen ini akan membantu saya atau kita untuk kembali meng-introspeksi diri. Karena saya melihat betapa banyaknya dahulu tindakan finansial yang saya kerjakan begitu buruk. Tak terhitung pula keputusan finansial yang masih jauh dari bijaksana, sehingga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit.
Seharusnya, mungkin saat ini saya tidak perlu berletih-letih mencari uang, saya tidak stress memikirkan banyaknya tagihan yang harus dibayar setiap bulan, saya bisa tidur nyenyak setiap hari tanpa berpikir besok adakah peningkatan atas penjualan dagangan saya, saya bisa membawa keluarga saya keliling Indonesia, pastinya saya terhindar dari berbagai kesulitan finansial yang membelenggu.
Banyak kesalahan yang saya lakukan di masa lalu. Uang yang saya miliki ternyata tidak sebanyak yang saya banggakan. Kesalahan-kesalahan itu yang membuat saya belajar dan menyadari bahwa banyak hal yang perlu saya, perhatikan untuk menjaga agar keuangan saya bisa tetap stabil.
Saya menyadari dengan berbagai kekeliruan yang saya pernah lakukan, itu sangat berakibat fatal pada kondisi keuangan saya.
- ·Saya tak menyisihkan uang untuk di tabung
- ·Saya suka berganti-ganti gadget
- ·Saya membeli kendaraan “mewah” dengan cara kredit
- ·Saya suka berbelanja barang konsumtif dengan kartu kredit
- ·Saya suka “bermain” saham
Hal-hal diatas bagian dari keputusan finansial yang salah. Jumlah pendapatan saya tidak sebanding dengan kebutuhan dana yang saya perlukan.
Melihat itu semua, saya bertekad untuk berubah. Saya berusaha memahami kekeliruan yang pernah saya lakukan dan belajar mengelola keuangan dengan lebih bijak. Saya merubah cara pandang saya terhadap uang, dan berusaha untuk memperbaiki kesalahan saya yang dulu.Saya harus bisa menentukan tujuan keuangan. Saya harus memiliki penghasilan yang tetap, bekerja dengan baik agar tetap berpenghasilan, mampu mengendalikan pengeluaran, melebihkan uang untuk di tabung/di investasikan, melunasi hutang konsumtif yang mengikat.
Berikut ini saya akan mencoba untuk menguraikan bagaimana saya berusaha untuk memperbaiki diri saya melihta kesulitan keuangan yang pernah saya alami.
- Menjaga keseimbangan antara kebutuhan, tabungan dan keinginan. Kita harus bisa meninjau dan menentukan mana yang betul-betul kita perlukan. Dengan mengerti makna yang sesungguhnya akan kebutuhan, kita tidak akan mengeluarkan uang untuk sesuatu yang tidak bermakna. Kebutuhan adalah segala suatu yang sangat mendasar yang kita perlukan dalam kelangsungan hidup sehari-hari, seperti pangan, sandang dan papan. Dan, pintarlah membedakan mana kebutuhan yang sangat mendasar. Tabungan adalah, sebagian uang yang kita sisihkan dari penghasilan kita yang disimpan atau di investasikan. Keinginan, bukan merupakan keperluan karena kita biasanya memandangnya sebagai “hiburan”, contoh makan enak di restoran, membeli peralatan elektronik yang mewah, membeli mobil mewah, membeli perhiasan dan sebagainya. Dengan, memahamidefinisi keseimbangan itu, saya mulai memaksa diri saya untuk konsisten supaya saya tidak terjebak dikesalahan yang sama dalam pengelolaan keuangan saya.
- Mari mengembangkan kekayaan. Saya merasa bahwa, saya tidak boleh terjebak dalam zona nyaman. Ketika kebutuhan terpenuhi, tabungan cukup, tidak memiliki utang konsumtif itu akan membuat saya biasa-biasa saja. Untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik saya tidak boleh kehilangan semangat untuk melangkah lebih maju. Kita harus membangun penghasilan lain. Pilihan terbaik untuk meningkatkan penghasilan alah membangun bisnis.Mungkin kita akan sedikit pesimis dengan kata bisnis, “ bisnis itu tidak gampang, saya tidak bisa berjualan, saya lebih suka menjadi pegawai karena tidak memiliki jiwa bisnis dsb”. Alasan-alasan itu sangat umum di lontarkan ketika seseorang yang terbiasa dengan zona nyaman di tantang untuk memiliki bisnis. Tetapi dengan kenyataan yang sudah saya hadapi, saya bisa membuktikan bahwa berbisnis adalah jalan satu-satunya saya untuk bisa lebih cepat merdeka dari seluruh persoalan finansial saya. Saya pun semakin yakin, sesungguhnya siapapun bisa berbisnis atau saya sebut berwirausaha untuk bisa meningkatkan penghasilan dengan pesat.
Kedua poin diatas sedikit memberikan gambaran bagaimana saya mulai menyelesaikan masalah keuangan saya. Kata BIJAK merupakan kata kunci yang harus dimiliki oleh setiap orang dalam mengelola kehidupan finansial nya. Secara tidak sadar, ternyata gaya hidup “bijak”ini juga sangat berpengaruh secara makro terhadap perekonomian suatu negara.
Meskipun saat ini saya juga masih berjuang untuk menyelesaikan beberapa masalah finansial saya, tapi saya sudah memahami dimana letak kesalahan saya. Saya, ingin persoalan itu semua diselesaikan dengan komitmen sudah saya bangun. Memahami fungsi uang dengan baik dan benar semakin membuat saya ingin berbagi kepada semua orang dan inilah yang membuat saya ingin sekali menulis persoalan ini karena saya memandang bahwasanya pola kehidupan seseorang juga sangat berhubungan dengan stabilitas sistem keuangan dirinya dan negaranya.
Bagaimana dengan peran BANK INDONESIA dalam Stabilitas Sistem Keuangan?
Sebagai seorang pekerja, pengusaha mikro dan ibu rumah tangga, saya tidak terlalu memahami penjabaran secara teoritis bagaimana fungsi Bank Indonesia yang begitu besar dalam peran Stabilitas Sistem Keuangan. Tetapi sesudah saya membaca dengan kacamata orang awam, saya bisa menyimpulkan bahwa peran Bank Indonesia disini sama seperti saya yang harus bijak dalam mengelola kehidupan keuangan saya. Bank Indonesia harus bijak dalam mengelola kehidupan keuangan Indonesia.
Pastinya BI akan berusaha melihat dari semua aspek agar lalu lintas peredaran uang berjalan normal, titik permintaan dan penawaran dengan kebutuhan masyarakat harus seimbang. Tidak adanya kecurangan dalam regulasi atau kebijakan yang menguntungkan segelintir orang tetapi merugikan banyak orang. Dan, tentunya disini peran BI adalah sebagai controller atau pengawas dan memelihara terhadap seluruh aktifitas moneter agar dapat bekerja secara efisien, sehingga dapat tercapai tingkat pertumbuhan uang beredar sesuai dengan yang diperlukan masyarakat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tanpa mengakibatkan inflasi.
Dalam rangka mencapai tujuan ini, pastilah BI akan menjadi alat negara untuk memperlancar lalu lintas pembayaran sehingga dapat cepat dan efisien dan juga sebagai pemegang kas pemerintah. Saya memandang kurang lebih fungsinya sama dengan fungsi pribadi saya dalam menjaga stabilitas keuangan keluarga.
Kebijakan moneter BI disini adalah tindakan yang dilakukan oleh BI untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar dan juga persoalankredit yang pada gilirannya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Tujuan kebijaksanaan moneter, pastilah sangat berhubungan dengan stabilitas ekonomi yang dapat di ukur dengan kestabilan harga. Jika, kestabilan dalam kegiatan ekonomi terganggu, pastinya akan berpengaruh untuk segala situasi.
Saya bukan lahir dari keluarga yang berkelebihan uang, ayah saya seorang pegawai negeri dan ibu saya seorang ibu rumah tangga. Kehidupan kami yang biasa-biasa saja, tidak membuat orang tua saya tidak mampu untuk menabung. Dan saya tahu persis bahwa keluarga saya memiliki tabungan rutin yang tidak dapat di ganggu. Fungsi tabungan pastilah sangat jelas untuk menjamin sesuatu agar lebih baik dimasa yang akan datang. Tujuan menabung bukan untuk kaya, menurut saya tidak ada hubungannya karena prinsip menabung bukan untuk menjadi kaya. Kebiasaan menabung ini, bukan hanya di keluarga saya, saya yakin separuh masyarakat Indonesia pasti memiliki tabungan di bank. Dengan kata lain, pasti bank menyimpan banyak sekali cadangan uang dari berbagai jenis simpanan masyarakat. Pernah menjadi pertanyaan saya, kalau bank menampung semua uang itu, apa ada ruangan yang cukup untuk menyimpan semua uang-uang masyarakat? Kemudian yang saya cermati, bunga tabungan juga ‘ga tinggi-tinggi amat kok’, berarti masyarakat yang menabung bukan untuk bunga dong, hanya supaya uang lebih aman aja daripada di simpan dibawah bantal.
Setelah menikah, saya mengalami sedikit perubahan hidup. Saya yang terbiasa hidup tanpa mengambil risiko menemukan pelajaran baru karena keluarga kami mengalami krisis keuangan. Usaha yang di bangun oleh suami saya, memerlukan tambahan modal untuk pengembangan usaha. Saya mulai mencoba mencari pinjaman ke bank, untuk bisa mendapatkan dana usaha mikro. Rekening koran beberapa tahun terakhir saya sertakan berikut seluruh surat-surat izin usaha, kemudian prestasi pekerjaan kami dalam usaha mikro untuk membuktikan bahwa kita usaha yang dibangun dengan konsep yang kuat, dan membutuhkan tambahan modal untuk hasil yang lebih baik. Saya mencoba ke beberapa bank, tapi hasil nya apa? Hampir semua bank tidak percaya dan hanya bersandar pada agunan/ jaminan yang saya miliki supaya saya bisa mendapatkan pinjaman. Disitu, saya baru merasa bahwa ternyata bank tidak bisa membantu saya tanpa jaminan.
Belakangan saya baru tahu, yah mungkin tetap ada program-program pemberian pinjaman tanpa agunan, tetapi mungkin tidak semua unit usaha yang bisa memperolehnya. Saya tidak sedih, tetapi saya jadi berusaha untuk memajukan usaha bersama suami tanpa bantuan pinjamaan saat itu.
Terkait dengan pengalaman saya dulu, saya teringat mengenai analisa simpanan masyarakat di bank, kemudian sulitnya mendapat pinjaman, lalu dikaitkan dengan peran BI dalam stabilitas keuangan, saya jadi semakin bersemangat mencari tahu. Bagaimana peran BI dalam kebijakannya untuk membuat agar ada kemudahan/ bantuan/ tunjangan dalam pemberian kredit kepada kami pelaku usaha mikro.
Meningkatnya dana masyarakat ternyata juga tidak membuat bank-bank menjadi lebih fleksibel atau mudah untuk menyalurkan dana kredit untuk berbagai kegiatan produksi (investasi produktif/ riil) dengan berbagai alasan, mulai dari masih tingginya risiko kredit macet hingga situasi perekonomian nasionalyang mereka nilai tidak begitu kondusif bagi peningkatan kredit secara signifikan. Kebijakan penyaluran kredit di berbagai bank di Indonesia masih ketat.
Dalam kondisi demikian, masyarakat kalangan usaha kecil dan menengah tetap saja sulit untuk memperoleh sumber pendanaan dalam jumlah yang memadai, sekalipun sebenarnya dana yangdi perbankan sangat melimpah. Jika situasi timpang ini terus berlanjut maka jelas sektor indutri ekonomi mikro tidak akan bertumbuh dengan baik, masalah pengangguran pasti sulit diatasi, mental wirausaha tidak akan terbentuk, budaya malas bisa saja akan terus menjadi virus bagi generasi kita.
Mungkin dari uraian ini saya bisa menyimpulkan bahwa tingginya pengangguran di Indonesia disebabkan oleh terbatasnya investasi produktif. Tidak adanya dukungan dari pemerintah secara serius mengembangkan industri mikro. Mungkin saja lebih tertarik investasi di dunia keuangan bermain saham misalnya.
Jadi, kesimpulan saya adalah bahwa peran BI dan saya dalam menjaga stabilitas keuangan adalah sama :
- BI harus bisa menyeimbangkan antara kebutuhan, tabungan dan keinginan. Kebutuhan masyarakat akan uang, tabungan negara untuk masa depan bangsa dan keinginan nagara yang bisa dibatasi apabila tidak sesuai dengan alokasi anggaran.
- Mengembangkan kekayaan. Mungkin BI sebagai bank sentral yang menaungi juga mengawasi seluruh kegiatan per-bankan di Indonesia dapat mengembangkan uang untuk mendorong tumbuhnya usaha-usaha kecil/ mikro. Dengan memberikan kemudahan, juga pengawasan dan pendidikan terhadap penggunaan kredit agar tujuan dalam memajukan ekonomi kerakyatan, dapat tercapai dengan baik.
BI pasti sudah sangat berusaha menstabilkan perekonomian Indonesia, saya yakin.
Semoga apa yang saya tulisakan bisa menjadi sumber informasi dan kisah yang baik dan benar bagi kita semua. Sukses terus buat BI!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI