Suap menyuap dikalangan masyarakat sudah dijadikan seperti tradisi, namun jauh dari kata tradisi suap menyuap adalah kebiasaan orang-orang yang memiliki jabatan tinggi ataupun ekonominya segala berkecukupan. Maka dari itu banyak orang-orang atau orang tua yang  berusaha mendaftarkan anaknya ke sekolah dengan cara apapun agar anak tersebut di terima di sekolah yang diinginkan, salah satunya dengan cara menyuap.
Mengapa dari mereka melakukan hal itu? Karena banyak dari mereka yang tidak diterima di sekolah yang diinginkan hal ini pada akhirnya membuat orang tua mengambil langkah agar anaknya di terima dengan cara menyuap.
Padahal hal ini sudah jelas dilarang, yang mana menurut Undang-Undang No.20 tahun 2003 yaitu "pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara".
Jika paradigma dalam suatu sekolah hanya mementingkan siswa yang menyuap, bagaimana terkait anak yang mepunyai kompetitif tinggi namun  ekonominya rendah?. Jika pasaran sekolah hanya mementingkan orang yang mampu saja dengan peraturan harus memiliki gadget bagaimana pula nasib anak yang berprestasi yang tidak berkecukupan?
Melihat hal seperti ini banyak sekali diluar sana anak yang ingin melanjutkan sekolah yang lebih tinggi namun dari mereka banyak juga yang kekurangan ekonominya sehingga anak tersebut tidak diterima di sekolah yang ia inginkan karena faktor ekonomi yang mana sekolah menerima suap untuk bisa masuk ke sekolah tersebut, sedangkan anak tersebut memiliki banyak prestasi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa uang lebih penting daripada prestasi.
Menurut saya,seharusnya pihak sekolah tidak mementingkan anak-anak yang mampu saja tetapi juga harus mempertimbangkan anak yang berprestasi, karena hal tersebut dapat berpengaruh pada akreditas sekolah.
Bagaimana sekolah akan maju jika kondisi sekolah hanya menerima siswa yang menyuap saja padahal orang-orang yang memiliki prestasi akan lebih jauh untuk bisa memajukan sekolah agar sekolah tersebut menjadi sekolah favorit.
Seharusnya pihak sekolah bijak dalam memilih siswa jangan menjadikan tolak ukur mampu atau tidaknya dari segi ekonomi, karena faktanya pemerintah berkoribusi langsung dalam keterkaitan siswa yang kurang mampu dengan pendidikan, seperti adanya bantuan untuk terjaminnya pendidikan, seperti adanya KIP tingkat SD, SMP, dan SMA.
Untuk menyampaikan kemajuan pendidikan di masa depan seharusnya ada keseimbangan perlakuan pihak sekolah terhadap anak yang mampu dan kurang mampu untuk menjalin sebuah kemantapan dalam pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H