Mohon tunggu...
Agung_Pipied
Agung_Pipied Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat seni

Catatan Pasutri (Perjalanan Imajinasi)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

My Pregnancy vs Your Bornday

25 Januari 2017   15:31 Diperbarui: 25 Januari 2017   16:12 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedikit cerita kebahagiaan tentang kehamilan pertama Saya yang masih kami tutupi dari khalayak ramai. Eitss,,, bukan berarti Saya hamil dengan cara dan dari hal – hal yang bertentangan dengan kesusilaan peradaban manusia lho ya. Ini adalah hasil karya yang sudah disunnahkan.

Dilain cerita semua ini, ada sebuah pengalaman yang mengajarkan kami, suami istri untuk tidak ber-euforia, umbar – umbaran dalam menyampaikan kabar gembira ini. Tepatnya 2 tahun 3 bulan usia pernikahan kami. Waktu yang cukup lama bagi kami, untuk menunggu kepercayaan dari Tuhan YME. Sepanjang penantian, kami gunakan untuk belajar banyak hal dari pernikahan dan parenting dari saudara maupun dari para sahabat.

Yang paling tidak nyaman saat ikhtiar ini, salah satunya adalah jika ada yang menanyakan (yang terkadang lebih terdengar seperti memperolok red.) ke Saya “ kapan hamilnya, kok gak hamil juga?”, “Ya ampun, nikahnya lho dulu kan bareng sama si itu, sekarang anaknya udah bisa jalan lho?”, “Jangan mentingin kerjaan aja, biar cepetan hamil!” dlsb. Sungguh, hanya perkataan biasa saja, atau ucapan yang sangat sederhana, tapi bagi Saya, saat itu adalah ucapan yang sangat menyakitkan hati. Jikalau memang mampu, hari itu juga saya mau langsung melahirkan. :D

 Peranan suami selain sebagai sumber (keuangan) nafkah lahir, adalah sebagai  sumber nafkah batin. Yang juga sangat diuji dalam situasi seperti itu. Dan Saya sangat beruntung ada suami. Meski seorang saja, tetapi mampu menghadapi saya untuk menyuruh istigfar sebelum mengamuk (manangis meraung – raung tepatnya red.). Suami downlodin video aneka ria pengajian ustadz/ustadzah, yang materinya menyejukkan dan mendukung perjalanan biduk rumah tangga kami kearah yang lebih baik. Meski terkadang dia jahil, dengan menyelipkan materi “mudhorotnya istri pengkoleksi tas dan sepatu  banyak” exactly, hehehe. Alhamdulillah atas kehendak Allah SWT Saya hamil dengan tidak disangka – sangka. Saat memutuskan istirahat dulu dari program ke Dokter, dan mengalihkan dana berobat untuk liburan. Namun siapa sangka, kehadiran dua garis testpack ada diantara kita ‘pagi itu’, yang merubah semua rencana. Namun kami sungguh-sungguh bersyukur dengan ini..

Pengalaman di tanyai hal berbau sensitif , itulah yang mengajarkan kami agar lebih berhati – hati dengan sahabat – sahabat saya yang sebelumnya punya masalah sama, yang sedang menunggu untuk memiliki keturunan.

Belum banyak yang kami beri tahu kabar baik ini, bukan karena kami takut menyinggung perasaan, tentu saja tidak demikian. Melainkan mereka tentu saja akan mendoakan yang terbaik untuk kami. Hanya saja, kami sedang mencari cara untuk memberitahu dengan sebaik – baiknya, misalnya dengan silaturrahim datang ke rumah atau lewat panggilan telpon. Hal itu adalah upaya kami menjaga perasaan dengan maksud tidak bereuforia, karena akan terkesan memamerkan secara berapi – api di beranda media sosial. Mengapa ini begitu penting, karena kami pernah dalam keadaan itu dan saya sangat memahaminya.

 Umm,, Menjadi Ibu hamil itu berjuta rasanya. Mual dan muntah tidak bisa dikendalikan. Kegiatan rutin cuci piring, cuci baju, masak air, masak nasi dan beli lauk berpindah tugas ketangan suami. Iya, hampir semua beralih ke tangan suami. Tanpa mengeluh mengerjakannya pagi sebelum berangkat kerja dan sore sepulang kerja ( how sweeeeet bukan?).

Menilik kebiasaan kami saat sebelum Saya hamil, seperti saling melempar bully-an setiap hari. Sering berprilaku konyol berjoget – joget tidak jelas di depan TV, tertawa terbahak – bahak melihat sinetron, dan siapa yang tahu, kini keadaan yang membuat kami bermetamorfosis menjadi lebih baik. Bersikap lebih dewasa, dan meski masih sering berperilaku konyol.

Setiap kali suami membuatkan susu, memasak nasi goreng untuk makan malam, tanpa kau tahu sayang,  sambil kuelus-elus perutku dan kubisikkan yang sedang ada di dalam perutku, “lihatlah sayang Ayah baik sekali”,,,

Ketahuilah Aku selalu berdoa semoga putra putri kita yang terlahir nanti, kelak menjadi sholih sholihah, agar senantiasa mencintaimu dan mendoakanmu seperti kau mencintai dan mendoakan mereka, dan ketahuilah suamiku, dibalik kekonyolanku setiap hari, aku selalu merindukamu pulang kantor setiap hari lebih antusias dari anak – anak yang menunggu klakson bus di jalan. Selamat Milad sayang, Semoga selalu diberikan rejeki kesehatan, kemudahan disetiap urusan di sepanjang jalanmu dan jangan lupa bawakan aku oleh – oleh setiap pulang dari kantormu. Amiiiin ….. Salam Telolet.

Mojokerto, 25 Januari 2017

Viviet Noviyanti

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun