Mohon tunggu...
Pipi Lutina
Pipi Lutina Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis cerita dan Puisi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Dia Ibumu Bukan Pembantumu

24 Juni 2024   15:23 Diperbarui: 24 Juni 2024   15:23 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia Ibumu Bukan pembantumu

Karya : Pipi Lutina

             Betapa bahagi dan bangganya  hati seorang ibu ketika melihat anak-anaknya sukses dan berhasil. Ibu yang selalu mendo'akan anak-anaknya agar hidupnya senang, bahagia dan berkecukupan kelak besar nanti, tidak seperti dirinya yang selalu kekurangan dan berlinang air mata.

            Tapi setelah anak-anaknya sukses dan berhasil.Ibu malah tidak di hargai, kata-kata ibu tak lagi didengar, nasehat-nasehat ibu selalu di bantah, bahkan lebih sedihnya lagi ibu dijadikan pembantu di rumahnya sendiri.

            Ibu mengandung dan merawat  kalian, membesarkan kalian dari bayi hingga kalian dewasa dan  menikah. Tapi setelah menikah ibu harus lagi merawat cucu-cucunya.Dengan senang dan bangganya kalian menitipkan anak kepada ibu guna  mengejar kesenangan dan cita-cita setinggi langit, tanpa mempedulikan hati dan perasaan anak dan  ibu yang melahirkan kalian.

            Dalam letih, lelah dan capeknya ibu sering meneteskan air mata sambil mengasuh cucu-cucunya, batinya menjerit dan menanggis dan berbicara sendiri kapan bisa bertemu dengan teman-temanya dalam menuntut ilmu agama.Kalau setiap hari hanya di bebankan untuk mengurus dan mengasuh cucu-cucunya.

            Kadang anak tidak peka (tidak berpikir) bagaimana  perasaan seorang ibu yang sejak dulu sudah membesarkan kalian sekarang di tambah untuk membesarkan cucu-cucunya. Ibu tidak pernah bilang dan merasa keberatan untuk mengurus anak dan cucu-cucunya, walaupun batin ibu sangat menjerit, tetapi dia tetap memancarkan wajah bahagia dan senang untuk mengurus anak dan cucu --cucunya.

            Apakah kalian tidak pernah berpikir? secara tidak langsung kalian sudah memperbudak ibu?,Apakah tidak pernah berpikir hukum karma itu ada ? bukankah ilmu kalian lebih tinggi dari ibu? bukankah teman-teman kalian lebih hebat dari ibu?. Coba kalian pikirkan dan renungkan jika suatu saat nanti ibu pergi meninggalkan kalian untuk selama-lama, tidak ada lagi kasih sayang dan do'a yang selalu ibu panjatkan kepada kalian,semua rasanya hampa dan gelap gulita.

            Maka bersyukurlah wahai kalian yang mempunyai seorang ibu, karena ibu adalah kramat bagi kalian, do'a --do'a nya langsung tembus keatas langit. Maka dari itu jangan pernah kalian sia-siakan seorang ibu, karena  sesal kemudian tiadalah arti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun