*****
Kini masih membekas dalam sanubariku dan terkisah pula dalam dirimu, sebuah memori tentang kelamnya panorama perjuangan ini.Â
Kala itu, tepatnya pada hari kamis dan merupakan hari bersejarah dalam hidupku. Pengalaman itu hadir mengurat dalam kegirangan malam. Cerita mulai terkuak ketika kami menyejukkan raga dibawah naungan gubuk tua beratapkan alang-alang yang telah rapuh. Suasana disiang hari yang begitu panas mencekam mungkin bertanda kesakitan akan mendekat pada palung nubari.Â
Kami melewatinya kungkungan itu sembari menikmati harumnya cengkeh buatan PT Kediri. Kehangatannya benar-benar membakar namun hati seakan membeku bak terbelenggu dalam gunung es. Itulah dinginnya keakraban yang sebentar lagi akan luntur.
Di tengah asap yang menggebu-gebu dan dihadapan teman-temanku, aku beranikan diri untuk bertanya sekedar mencari kepastian atas apa yang dikatakannya pagi itu.
Neo..,
Sobat..,
"Mengapa engkau begitu cepat meninggalkan kami padahal perjalanan kita masih begitu jauh?
Sambil tertawa sinis bergurau berkelana dalam lautan kebingungan, sahutnya :
"Banyak alasan tentang kepergianku ini. Jujur, aku tak mampu membahasakan keadaan hati dan benakku. Namun yang pasti aku telah memilih jalan ini. Dan aku yakin pilihan yang tepat akan menentukan kebahagiaanku. Berjuanglah tuk menjadi pengikut-Nya yang setia. Kalian dibutuhkan dunia dan dirindukan banyak orang."
Serunya dengan nada serah seakan menasehati dan menyemangati.