Merah
Adalah warna
Dengan pesona memikat mata
Yang telah menjubahi leluhurmu,
Mewatak dalam generasi bangsamu
telah berkibar mengawan di langit negerimu
menari menang terkibas angin kekuasaan
Tetapi tak mampu membungkus ingatan sendu yang tercecer
Â
Merah
Itu hidupmu
Yang membalut nafas pada rahim
Dari jantung untuk tubuh dalam nadi
Dari hidup untuk cinta dalam korban
Untuk menyulam langkah bukan dalam angka
Namun dalam tetes keringat menuju bukit teduh
Merah
Itu narasimu
Seperti rapor dengan deretan nilai
Yang takan terbuka pada dunia
Namun tertawan rapi dibalik meja gelapmu
Karena akan merona menggarisi nasib wajahmu
Dengan coretan-coretan pinggir
Melingkar tepat pada kelemahanmu
Merah
Itu salib-Nya
Hukuman bagi bagi penjahat
Yang menodai kesejatian negeri
Sehingga harus bertumpu diatas karang gersang
Dan mendaging pada kayu dibukit tandus
Supaya terik ganas puncak melelehkan kebenaran
Dan topan takan mengguncang kehinaan-Nya
Tetap kalah dan harus menyerah karena gerak terpaku
Namun salib itu bercahaya menembusi kota batinmu
Merah
Dari darah-Nya
Bukan dari korban sembelihan yang membeku pada dahi
Yang teroles untuk keselamatan tubuh
Bukan pula seperti tersilang pada palang pintu rumah
untuk melindungi penghuni dari bringasnya ancaman dunia
Tentang darah itu adalah keharusan yang dialirkan
Untuk menebus dosamu dan memutihkkan langkahmu
karena perkara jiwa yang tak pernah mengenal kompromi
Merah
Itu kasih
Melampaui cinta duniawi
Terberi secara cuma-cuma bukan sia-sia
Kemurniannya harus di uji dalam darah
tuk dapatkan kasih yang putih nan suci
Keagungan Salib, 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H