Mohon tunggu...
Tengku Viny
Tengku Viny Mohon Tunggu... -

extraordinary & unique girl | manage Rosvy Shop | student | http://pinypinyball.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Ikhlas Tanpa Cinta - 1

5 April 2012   09:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:00 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ingatkah kamu saat kita pertama kali bersenda gurau dengan lepasnya? Saat tak pernah merasakan beban-beban kehidupan yang berarti. Saat usia kita masih sungguh belia. Saat cinta itu begitu tulus mengalir apa adanya tanpa rasa sakit hati yang berkepanjangan. Langkah awal sungguh sangat membuatku canggung, ketika kita masih berbalutkan putih biru. Tembok-tembok yang sekarang sudah mulai kusam, meja dan bangku penuh coretan tangan remaja jahil, serta papan tulis yang selalu berhiaskan kapur-kapur putih menjadi saksi dalam cerita kita saat itu. Aku mengenalmu sebagai sosok yang ramah, humoris, dan manja. Mungkin dirimu mengenalku sebagai perempuan maskulin yang bawel dan senang bersenda gurau kepada siapapun. Sungguh satu awal permulaan kisahku yang sangat lucu.

Ingatkah kamu saat pertama kali kita merayakan hari kasih saying? Sebuah jam tangan bermotif cukup dewasa bagiku kau berikan. Disudut kelas kau mengendap-endap memanggilku perlahan. Lewat jendela itulah kita saling berbincang dan kau memberikan ku hadiah jam tangan yang ternyata telah kau siapkan dari satu minggu sebelumnya. Hal itu membuat jantungku berdegup kencang. Hadiah pertama dari seorang laki-laki yang menyayangiku yang bukan dari silsilah keluargaku. Muka ku mendadak menjadi merah merona, air mata haru tak dapat ku pungkiri sudah berada di pelupuk mataku. Memang itu adalah suatu hal kecil dan mungkon sangat biasa untuk orang lain, tapi tidak bagiku. Aku memang sudah lupa kapan pastinya kita mulai menggoreskan pena cerita itu, namun samara-samar masih bisa ku raba untuk ku ceritakan kembali.

Tak ada malam minggu, tak ada kencan, tak ada hal-hal romantis layaknya sebuah pasangan, maklum saja faktor usia yang masih belia. Lapangan basketlah yang menjadi tempat favorit kita untuk bertemu, itupun tanpa direncakan. Tak ada panggilan sayang, tak ada sikap manis, tak ada perilaku lembut nan manja, semua berjalan terkesan cuek acuh tak acuh tetapi masih beralaskan cinta, CINTA MONYET mungkin. Kisah perselingkuhan pun tertumpah disini. Jika aku mengingat hal itu, sungguh sangat membuatku tertawa geli. Menurutku, itu semua berawal ketika dirimu tidak mendapatkan perhatian yang lebih dariku sebagai seorang pasangan, ya sikap ku yang terkesan sangat acuh kepada dirimu sebagai pasanganmu membuat lambat laun jenuh dan aku mengerti itu. Tanpa pikir panjang, aku hanya berpikir “Terserah aja mau dia gimana. Mau pilih aku atau dia” yang ternyata dirimu memilihku tetapi karena dorongan teman-teman yang saat itu memang ego ku sangat labil aku tak peduli dengan keputusan akhirmu. Yang aku pikirkan hanya salah mu padaku. “Maaf, tapi gue udah terlanjur sakit hati. Gue engga bisa sama lo lagi” itulah jawabanku saat itu ditahun pertama.

Selang beberapa bulan, hubungan antara aku dan dirimu terjalin lagi. Kali ini cukup berbeda, aku sudah duduk dibangku ke-dua putih biru dan dirimu dibangku ketiga. Kita sudah mulai dapat memperhatikan satu sama lain, ya setidaknya lebih naik setengah tingkat dibanding sebelumnya. Akhirnya setelah dua tahun hubungan ini berjalan bisa juga ada kesempatan untuk jalan, kencan pertama mungkin namanya. Untuk pertama kalinya kita nonton bioskop, tapi maaf aku tidak begitu ingat film apa yang kita tonton. Sekali lagi, perasaan canggung menghampiri untuk kesekian kalinya. Seperti baru pertama kali bertemu dan mengadakan sebuah perbincangan. Tapi dengan sikap cuek ku, aku mencoba mencairkan suasana. Hanya percakapan dilapangan basketpun yang bisa dibahas, tapi untuk pertama kalinya juga dirimu bertanya tentang perasaanku selama ini dan begitupun aku. Malu, lucu, geli, semua berkecamuk menjadi satu kesatuan perasaan yang tak bisa ku ungkapkan bentuk pastinya. Ya itulah kami, dengan segala ke-anehan pada diri masing-masing yang membuat hungan ini bertahan hingga tahun ketiga.

..............................

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun