Mohon tunggu...
Cimongchil
Cimongchil Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi membaca novel dan menonton drakor

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kekerasan di Sekolah yang Dapat Mempengaruhi Mental Anak

27 September 2023   22:05 Diperbarui: 28 September 2023   22:59 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Lingkungan sekolah adalah tempat dimana anak mengetahui banyak hal dan  sebagai tempat untuk mengembangkan potensi diri atau bakat yang terpendam di dalam diri anak. Sekolah yang biasanya menjadi tempat aman untuk memberikan pendidikan juga menyimpan beberapa luka yang mendalam bagi sebagian anak. Contohnya seperti adanya perundungan atau bullying, pelecehan seksual, deskriminasi, intoleransi, dan masih banyak lagi. 

Kasus kasus tersebut dapat berdampak serius terhadap kesejahteraan mental anak. Ini bisa menyebabkan stres,trauma jangka panjang, bahkan depresi. Anak yang menjadi korban kekerasan biasanya mengalami penurunan kepercayaan diri, adanya perasaan takut untuk melangkah kedepan, dan selalu berpikiran negatif. Ingatan tentang kekerasan itu akan terus teringat di memori anak sampai ia dewasa. Dan mungkin itu yang akan menyebabkan anak mempunyai sikap pendendam dan egois.

Dari banyaknya kasus yang terjadi di lingkungan sekolah ada satu kasus yang saat ini menjadi perbincangan khalayak ramai yaitu, perundungan di lingkungan Sekolah Dasar(SD). Padahal pada jenjang itu anak anak diberikan ilmu atau pelajaran yang menjadi pondasi dasar pendidikan untuk masa depan mereka. Pembentukan karakter pada jenjang itu juga mempengaruhi karakter mereka dia kemudian hari. Jika di jenjang itu mereka sudah menjadi pelaku kekerasan bagaimana dengan sikap mereka kedepannya. 

Menanggapi kasus tersebut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak melakukan survei terhadap lembaga" pendidikan dan diperoleh bahaya 34,74% kekerasan dilakukan oleh guru dan 27,39% dilakukan oleh teman. 

Menanggulangi beberapa kasus tersebut kita mempunyai solusi yaitu kita sebagai orang tua harus ikut terlibat dalam perkembangan fisik atau psikis anak, kita sebagai pendidik harus bisa memahami kemampuan atau bakat anak dan meyakinkan bahwa mereka memiliki keunikan masing-masing, mengajari anak untuk membuat keputusan terkait pembelajaran, sebagai pendidik harus memberikan kehangatan dan  bimbingan yang berulang, peserta didik mampu membangun komunikasi yang baik pada anak, mengajari anak didik mengelola emosi dengan baik, dan pemecahan masalah tanpa kekerasan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun