Mohon tunggu...
pintukata
pintukata Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis Bebas.

-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Teruntuk Engkau

30 April 2022   12:28 Diperbarui: 30 April 2022   12:31 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Wahai engkau yang sedang bersedih hati. Wahai engkau yang sedang merasa kesepian dan tenggelam dalam kesendirian. Wahai engkau yang hatinya selalu berada di dalam ruang kehampaan. Aku bersedih hati melihatmu demikian. Aku takkan tega membiarkanmu kebingungan menemukan sesuatu yang sejatinya telah ada di dalam dirimu sendiri. Kekasihku, kemarilah dan mendekatlah kepadaku. Aku senantiasa akan mengampirimu lebih dekat lagi, berjalanlah menghadap kepadaku, maka aku akan berlari menemuimu. Sekali lagi kemarilah, katakan apa saja yang engkau keluhkan tentang dunia ini. Aku adalah teman sejatimu, yang takkan pernah mendua, karena pada hakikatnya kita selalu menyatu meski takkan pernah bisa menjadi satu. Tetapi ingatlah, kita takkan pernah terpisah oleh apapun. Siapa lagi kalau bukan diriku yang mencintaimu dengan tulus tanpa pamrih apapun. Kekasihku, telah lama aku merindukanmu, tetapi apadaya alam selalu menghardikku untuk bersabar menunggu. Engkau boleh pergi dariku, tetapi engkau tidak kemana-mana. Sebab engkau telah hidup dan bersemayam dalam diriku. Apa yang hendak engkau cari? Bukankah saat ini engkau diselimuti kebingungan tentang dunia? Bukankah semua itu, segala sesuatu itu tidak kekal adanya? Bahkan kesemuanya itu dulunya tiada, lalu diadakan, dan kemudian ditiadakan lagi, begitulah engkau dan diriku. Yang hanya tanggal dari kita tak lain dan tak bukan hanyalah cinta kita, takkan pernah sirna dan selalu bercahaya. Engkau bahkan kesulitan menemui dirimu sendiri. Engkau berupaya menjauh dari dirimu sendiri, tapi itu mustahil, dirimu bersama engkau, dirimu juga engkau selalu bersama-sama. Tidakkah engkau merindukan dirimu? Pernahkah engkau ngobrol, bersua, curhat, dan berbagi rasa dengannya? Apakah engkau pernah menyimak kata hatimu? Ayolah! Apabila engkau bersedia meneliti apa yang ada di dalam dirimu, sungguh niscaya engkau akan menemukan kebesaran dirimu sendiri yang lebih besar dari alam semesta raya ini. Dan dunia yang engkau sangka itu begitu luas, tidaklah lebih luas daripada samudera dirimu, cakrawala, candradimuka, dan sanubarimu. Katanya, cintailah cinta, hidupilah hidup, pahamilah pemahaman, diamilah kediaman, rasakanlah perasaan, nikmatilah kenikmatan, dan bersyukurlah disaat engkau masih tersisih waktu untuk belajar bersyukur. Belajarpun pada pembelajaran, mempelajari pelajaran, sebab hidup adalah lipatan, ada pula gradasi, tingkatan, gradualitas, pundakan, dan pola-pola tak terhingga dari mana kita dapat memandangnya. Apakah itu dari sudut pandang kanan, kiri, timur, selatan, utara, barat, atas bawah, atau engkau berpijak tidak dari segala penjuru arah, melainkan titik tolak keberangkatan hidupmu adalah dari dirimu sendiri. Jika engkau bersedia belajar bercermin, cobalah sesekali angkat tangan kananmu, dan lihatlah respon dibalik cermin tersebut. Ia akan mengangkat tangan sebagai mana meniru gerakanmu, tetapi tidak di kanan dan tidak pada kiri. Tetapi cermin dan cerminan itu bisa saja terbatas, sedangkan engkau yang sedang bercermin masih ada. Memiliki kesadaran bahwa segala sesuatu perwujudan realitas kehidupan itu adalah cipratan dari cerminan diri begitu sederhana. Ketika engkau keluar dari rumahmu, dari hunianmu, dari ruangmu yang tertutup menuju ruang yang terbuka sama sekali, menjumpai realitas kehidupan yang menakjubkan dan sungguh unik nan ajaib. Melihat orang-orang yang sedang memperjalankan dirinya sendiri, memaknai hidupnya, bahkan menghidupi dirinya sendiri dan orang-orang terkasihnya. Juga jangan dilupakan ada pesona flora dan fauna yang asli bikinan Tuhan yang begitu luar biasa indahnya. Tetumbuhan, reranting, dedaunan, dan bunga-bunga yang mekar dan semerbak mewanginya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun