Mohon tunggu...
pintukata
pintukata Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis Bebas.

-

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mengheningkan Siulan Burung

28 Juni 2020   12:59 Diperbarui: 28 Juni 2020   13:04 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi ini, burung-burung bersorak-sorak riang
bersiul tembang merdeka
mengelilingi beton-beton yang membubung perkasa,
hamparan jalan milik orang-orang miskin
yang menodong pesangon per-kilometernya,
cerobong-cerobong pengepul teknokrat
yang mendesak hasil gemah ripah loh jinawi
yang pasrah diperkosa asing
yang meniduri istri sendiri dengan janji
---
Kemudian, sembari bertengger di pucuk dahan kopi
mereka mendayu menyedihkan hati
meratapi korban berjatuhan di mana-mana
yang satu terancam, lalu tetap mendekap di goa-goa
yang dua takut, hingga cari-cari cara agar acara-acara tetap dipercaya
yang tiga gelisah, kemungkinan cintanya ditolak
sebab ia menduakan rakyat, pun enggan mengawininya
---
Bunga-bunga tumbuh berbalut hutang
sawah subur ditaburi serbuk parasit
ada benalu dalam hutan Pak De ku
ku bilang "Tebas saja!"
ia sangsi bahwa : mati satu tumbuh seribu
akhirnya produksi buku-buku terhenti
sebab pohon-pohon jati
dalam tubuh hutan tadi,
ditanam bukan dari modal sendiri
---
Lalu, burung-burung melipir ke tepi pantai
melihat dari kejahuan
anak kecil menari-nari gembira,
mendekati bibir pantai
tiba-tiba hilang diterpa ombak
---
Kini, burung --burung berduka
tak bisa menjumpai manusia lagi


Changchun,2020

puisi ini juga tayang di laman baladena.id

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun