Selalu ada cerita unik untuk menjadi bahasan seru di dunia maya. Untuk topik ini, pasti hampir seluruh penduduk dunia maya ingin mengeksekusi sindiran mereka langsung di kolom komentar selebgram satu ini, Baim Wong. Jika menyangkut orang tua, hati nurani netizen nyatanya akan langsung terkikis saat melihat video Baim Wong saat membentak orang tua yang berniat menawarkan dagangan berupa Juz Amma. Lebih menyesetnya lagi, Baim justru membandingkan bapak dengan mas ojek online yang ada di sekitar saat itu.
"Kayak dia tuh, kerja"
Kira-kira seperti sepenggal kata yang disampaikan oleh Baim dalam video tersebut. Tidak membantah, anak dari kakek juga tidak membenarkan cara beliau menawarkan buku, namun juga sangat sakit hati dengan perlakuan Baim yang seakan merendahkan sang ayah. Baim juga tidak tinggal diam dan menyampaikan jika saat itu dia tidak marah dan hanya menegur bapak untuk bekerja.
Rupanya bukan hanya segelintir netizen yang "ngamuk" setelah video ini viral, beribu komentar yang menyampaikan kekecewaan dan hancur hati mereka terlihat jelas hampir dalam setiap komentar. Banyak netizen yang berteori bahwa Baim yang suka memberi hanya ditunjukkan di layar untuk didokumentasikan. Prinsip tangan kanan memberi, tangan kiri jangan tahu di era selebgram berubah menjadi tangan kanan memberi, tangan kiri dokumentasi. Meskipun prinsip ini "sedikit" berubah, ada hal yang perlu dipertanyakan. Dokumentasi untuk ajang panjat sosial, atau sebagai bentuk ajakan beramal? Pertanyaan sederhana yang dapat menjadi kriteria kelulusan minimal netizen saat menilai suatu tindakan. Tindakan Baim Wong jelas meremukkan banyak hati. Banyak jari tajam netizen yang menyebutkan "Sedekah dijaiin konten biar dapet untung dari Youtube".
Tidak sedikit selebgram yang sebenarnya ingin menjadikan konten berbagi sebagai ajakan untuk berbuat baik, namun tidak sedikit juga yang hanya menjadikan berbagi sebagai ajang panjat sosial. Konten sedekah Baim sebelumnya sudah menuai kecaman sebagai ajang panjat sosial dan upaya untuk memperkaya diri. Kasus yang ini justru membuat anggapan netizen semakin kuat. Lalu, bagaimana kita menentukan kebernatan tanggapan netizen lain? Jari netizen memang selalu lancip, dan tidak seluruhnya memiliki pendapat yang sama. Cara menilai suatu tindakan tentu akan selalu berbeda. Maka, tidak kah lebih baik kita bijak sebelum melontarkan sindiran? Tidak salah jika amarah muncul karena sikap Baim, namun lebih benar jika marah dengan penggunaan kata yang sopan, terutama saat menyampaikan di kolom komentar Baim. Emosi tapi cerdas, prinsip baru yang bisa dipakai netizen. Gimana menurut kalian?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H