Mohon tunggu...
Pinsil Tempur
Pinsil Tempur Mohon Tunggu... -

Pinsil Tempur, nama aslinya Ali Murtadho, pernah sekolah,pernah kuliah, pernah tidak lulus, pernah lulus, tapi bukan diploma apalagi sarjana, Aktifitas sehari-hari : bersepeda,membaca, menggambar, menulis dan bercinta

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Saya, Aku, eh Gueh, ternyata mual, eh, Capek Deh (Ya Gitu deh)/Bahasa Menunjukan Bangsa #100

24 Juli 2010   08:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:38 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hal yang paling menyebalkan selama karirku , salah satunya adalah kedatangan seorang ‘artis’ di kantor ini. Perlu kuberitahu kawan, selain menerbitkan buku, kantorku juga menerima jasa mencetak rupa-rupa kebutuhan kantor, semacam kop surat, faktur, surat jalan, kartu nama dan juga kartu undangan. Pagi itu, sepasang ‘artis ‘ rupanya datang untuk mencetak undangan pernikahan mereka. Pak Teje –sebagai seorang bagian keuangan, kasir dan juga penerima tamu sekaligus—menerimanya dengan senyum. Mereka kemudian memilih contoh-contoh desain yang cocok untuk mereka. Yang wanita aku berani jamin wajahnya penuh kepalsuan. Ya, setidaknya bulu mata, alis, lensa mata, merah bibir, merah pipi, semuanya tidak asli. Sedangkan yang laki-laki, bertubuh besar dengan kaos ketat. Memakai kacamata hitam, cuek dan dingin, seperti tampang Arnold Shwaznegger di film Terminator. Eh, bukan. Lebih tepatnya mirip Clark Kent versi komik. Parfumnya membuat isi perutku menundul-nyundul ingin keluar. Gayanya membuatku seperti wanita yang sedang hamil muda. Mual-mual rasanya. Melihat mereka berdua, aku serasa menjadi prajurit Romawi yang menjaga Julius Caesar dan Cleopatra malam mingguan. Muak sekaligus tak berkutik. Kau tahu kawan? Si wanita tadi memang artis, penyanyi kafe tepatnya. Tapi dengarlah gaya bicaranya seperti artis betulan. Sangat infotainment. Pak Teje melayani obrolannya dengan ramah. Sedangkan aku, ingin segera adegan ini berakhir. Dengarkan kawan, dia mulai bicara. “ Kalau saya boleh jujur,” katanya sok imut dan tanpa dosa, seolah-olah di Indonesia ada Undang-Undang Anti Jujur. “Saya… bla..bla..” kata-katanya mirip artis di tivi-tivi. Seperti kataku tadi, sangat infotainment. Sekali ayun, maksudku sekali ngomong, tiga kata ganti orang pertama tunggal dia pakai semua. “ Sebenarnya SAYA serba salah, profesi AKU ini penuh resiko, untungnya cowok GUEH ngertiin banget. MY boyfriend is bla..bla..bla…” katanya manja sambil meremas tangan si lelaki . Si lelaki menatap genit, kemudian tengok kanan kiri,cengengesan, seolah-olah hatinya bilang : “Gueh gituh loh”. Sambil kembali tengok kiri kanan. Mungkin dia merasa banyak kamera infotainment yang menyorotnya. Norak. Norak bukan main. Setelah bla…bla…bla dan cas ,cis,cus sekian lama akhirnya mereka pulang. Katanya belum ada yang cocok. Dua jam lebih. Tapi ada banyak kosakata Inggris yang keluar dari mulut si artis. Beberapa yang aku catat, EJAST, TUCH, EKSAITID, KOMFOT, HAMBEL, HENSEM, FISIKELI, EKTUALI, dan beberapa kata yang aku lewatkan. Aku bertanya pada si Fen-fen yang lebih paham Bahasa Inggris, apakah kata-kata itu ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Katanya ada. Omaigad, eh maksudku Ya Tuhan, berarti si ‘artis’ tadi cuma sok keren ya? Sok British, Sok pinter, sok gaul dan sok artis. Siang ini aku jadi tidak nafsu makan. Aku sudah kenyang. Mual tepatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun